Tulisan ini merupakan ungkapan isi hatiku ketika membaca buku harian dan menuangkan kisah inspiratif ini menjadi catatan indah dan penuh rahmat. Kisah ini merupakan pengalaman konkret pada tahun 2018 yang lalu. Waktu itu saya masih kuliah di Prodi Pendikkat USD. Setiap semester beri kesempatan mengikuti retret kampus. Pengalaman di bawah ini merupakan pengalaman jalan kaki dari Rumah Retret Sangkal Putung sampai ke Gua Marganingsih Klaten.
Kisah aktual
Perjalanan ke Gua Marganingsih dari rumah Retret Sangkal Putung kurang lebih 21/2 jam kalau perjalanan kaki. Kami berangkat jam 08.00-13.00 WIB. Kisah yang indah terpatri dalam diri teman-teman angkatan 2016 semester IV kalau saya tidak keliru kala itu, tepat 02 Maret 2018. Perjalanan ini juga menuai banyak tantangan dan penderitaan karena ada beberapa teman-teman jatuh sakit, ada yang mag, ada yang sakit kaki sampai tidak bisa berjalan, harus digendong.
Bagi saya, pengalaman perjalanan ini merupakan pengalaman rahmat. Karena saya mengingat kembali masa lalu perjalanan hidupku dalam keluarga. Untuk naik kendaraan saja, sudah sangat bersyukur, kalau nga semua yang di lalui pasti jalan kaki. Bahkan ke mana-mana harus jalan kaki. Perjalanan ini menjadi biasa dan tidak keberatan bagiku. Yang membedakan menurut saya adalah makna perjalanan. Kalau di kampung, saya berjalan ke mana saja, dilewati begitu saja, tanpa memetik makna apa pun selama dalam perjalanan. Kalau sekarang, semua perjalanan selalu dimaknai dan disadari dengan sungguh-sungguh sebagai suatu ziarah rohani bersama Tuhan.
Menurut Rm. Sani Wibowo, SJ “Perjalanan ini merupakan liburan bersama Tuhan, sebagai perjalanan rohani. Pada tahun 2016 yang lalu kita mengalami tahun Kerahiman Ilahi. Bentuk ziarah rohani ini merupakan perjalanan pertobatan yang merupakan bagian dari perjalanan hidup rohani.”
Selama perjalanan ada banyak pengalaman yang menantang untuk mengalahkan segala perasaan yang membuatku lelah dan putusasa. Semangat dan pengalaman baru kutemukan dalam dalam kebersamaan dengan teman-teman yang jatuh sakit. Ada semacam pengalaman baru yang membuat kuat. Aku berusaha untuk berdoa rosario dalam perjalanan. Keyakinan ini membuatku terasa ringan dalam tantangan yang kuhadapi, hingga akhir berjalan sampai di tempat tujuan dengan selamat.
Tantangan
Kesetiaan menuntut sikap pengorbanan, perjuangan yang terus-menerus digulati dengan tulus. Perjuangan itu dibuktikan dengan mengalahkan segala sesuatu yang menghambat perkembangan. Apa yang kita ketahui tentangan tantangan itu? Suasana batin kita akan selalu menghadapi pergulatan, mungkin membuat kita mengalami kekhwatiran, depresi bahkan membuat kita putusasa atau menghidar dari kenyataan yang dihadapi.
Perjalanan rohani menjadi suatu pengalaman berharga dan membantuku memahami pengalamana batin yang baru. Teringat dalam 1Kor 10:13 yang menegaskan bahwa pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa. Ia tidak pernah membiarkan kamu dicobai melebihi kekuatanmu. Allah tetap setia, dan tidak membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktunya kamu dapat menanggungnya. Sungguh sangat luar biasa bawa Allah yang kuimani selalu setia dalam setiap tantangan dan cobaan yang kuhadapi. Tidak sekedar itu, Allah juga memberikan jalan keluar ketika aku menghadapi masalah. Dia selalu mengingatkan bahwa ketika aku mengalami tantangan, ingatlah bahwa tantangan yang kuhadapi tidak sebandingan dengan yang Dia alami. Ia memberikan diri-Nya mengalami suatu penderitaan yang mengerikan, sengsara dan wafat di kayu salib.
Pengalaman sakit, pedih diubah menjadi pengalaman yang manis karena cinta-Nya terhadap hidup kita. Sehingga semua pengalaman yang membuat kita merasa putusasa telah diubahnya menjadi perjalanan kebahagiaan dan pengalaman perjumpaan dengan-Nya. Telah dipersatukan dalam cinta kasih-Nya.