Jika Aku Terpanggil Menjadi Religius, Tentu Saja Tugas dan Keunggulanku Terletak Pada Doa
Belajar dari Para Pendahulu
Pendiri dan Pendahulu kongregasi MTB: mereka pribadi yang sangat tekun dalam doa: mereka semua selalu punya waktu untuk berdoa setiap hari, bahkan ditengah kesibukan dan tantangan hidup mereka. Mereka memahami bahwa doa adalah sumber kekuatan dan penghiburan. Pendiri dan Pendahulu kongregasi pribadi yang selalu mengarahkan hidup mereka kepada kekudusan dalam menjalani misi perutusan. Hidup mereka selaras dengan kitab Suci, “Hendaklah kamu kudus, sebab Aku ini kudus” (Im 11:44; lih 1Ptr 1:16).
“Kesucian pendiri dan para pendahulu kita tiada lain adalah kasih yang dihidupi secara penuh”
“Ukuran kekudusan dilihat dari seberapa besar Kristus tumbuh dalam diri mereka, seberapa banyak, dengan daya kuasa Roh Kudus, mereka membentuk seluruh hidupnya seturut hidup-Nya”.
Pengabdian kepada Allah oleh pendiri dan para pendahulu, setiap waktu mereka menjumpai dan melayani sesama tanpa mencari keuntungan diri mereka sendiri dengan tidak meninggalkan hidup doa mereka. Pendiri dan para pendahulu, tetap mengupayakan doa dan tidak merendahkan/mengabaikan pelayanan. Harapannya: Kita dipanggil untuk menjadi kontemplatif di tengah kesibukan perutusan karya/studi. Perlu dipadukan dan diselaraskan doa dan karya sehingga menjadi suatu bagian dalam perjalanan menuju kekudusan
Ketekunan, Kesabaran dan Kelemahlembutan
Allah adalah pusat dan penopang panggilan religius. Allah adalah sumber dari kekuatan batin yang memampukan religius untuk bertekun di tengah naik-turunnya kehidupan. “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita” (Rom 8:31). Hal inilah sumber kedamaian yang ditemukan dalam diri orang-orang kudus.
Religius perlu berjuang dan berjaga-jaga menghadapi kecenderungan agresif kesalehan dan mementingkan diri sendiri. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Ef 4:26). Keteguhan batin menghindarkan religus untuk kurang berani menyediakan cukup waktu memelihara hidup doa.
Sukacita dan Rasa Humor dari Para Pendahulu
Pendiri dan para pendahulu, pribadi-pribadi yang memiliki kemampuan hidup penuh sukacita dan rasa humor. Tanpa lari dari kenyataan, mereka memancarkan semangat positif dan kaya akan pengharapan, berusaha menjadi saudara bagi yang lain. Pendiri dan para pendahulu kongregasi kita adalah orang-orang saleh dan sederhana, peka akan kebutuhan sesama dan tabah menanggung penderitaan hidup. Menjadi orang kristen adalah “sukacita dalam Roh” (Rom 14:17), dan rasul Paulus dlm Filipi menegaskan bahwa, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Fil 4:4)
Pendiri dan para pendahulu adalah pribadi-pribadi yang humoris dan membawa kegembiraan utk orang lain. Mereka seperti Maria: membawa Yesus dengan sukacita: “Hatiku bergembira” (Luk 1:47),
Sukacita persaudaraan kita sbg Bruder MTB biasanya disertai dengan rasa humor positif sebagaimana dicontohkan oleh Yesus sendiri “bergembira dalam Roh Kudus” (Luk 10:21). Saat Ia lewat, “semua orang banyak bersukacita” (Luk 13:17). Setelah kebangkitan-Nya, ke mana pun para murid pergi, ada banyak “sukacita besar” (Kis 8:8).
Sukacita dan Rasa Humor Sebagai Bruder MTB
Suka cita dalam panggilan: tanda bahwa seorang bruder MTB hidup dalam kehendak Allah dan sumber kekuatan dalam menghadapi tantangan. Humor sebagai penyeimbang: sebagai penyeimbang yang sehat terhadap beban tugas dan tanggung jawab dan menguatkan dalam hidup berkomunitas. Humor dalam kekudusan: mencerminkan kerendahan hati dan kesadaran akan kelemahan manusiawi kita.
Sukacita sebagai kesaksian: kebahagiaan sejati bagi seorang bruder MTB itu tidak terletak pada hal-hal duniawi, tetapi dalam hubungan yang mendalam dengan Allah, hidup yang penuh dengan kebahagiaan, bukan kesedihan. Menghadapi kesulitan dengan sukacita dan humor: membantu kita untuk tetap teguh dan optimis, karena kita percaya bahwa dalam kesulitan Allah hadir dan bekerja untuk kebaikan kita.
cara untuk meredakan ketegangan dan penyaluran rasa frustrasi secara positif sehingga menjaga suasana hati yang sehat dan harmonis.