Proses Pertobatan Santo Fransiskus
Masa mudanya diwarnai dengan pesta pora dan pengejaran gelar bangsawan. Sejajar dengan bangunan yang ada di dalam tembok kota. Sapaan Tuhan terjadi melalui pengalaman kegagalan yang sangat konkrit dan real. Pencarian makna hidup. Melihat dan bertemu dengan Yesus dalam pengalaman sehari-hari. Ada transformasi dalam diri Fransiskus. Pergerakan dari dalam ke luar tembok kota Asisi.
Anak Pietro Bernardone seorang pedagang yang kaya raya. Menghabiskan masa mudanya dengan pesta pora dan hura-hura. Seorang troubadur yang suka keliling di kota Asisi. Fransiskus bergelimang dengan harta kekayaan dan kenyamanan.
Untuk pesta pora, Fransiskus tidak sayang dengan harta miliknya. Dan ini juga didukung oleh sang ayah. Begitu juga dengan pengemis, Fransiskus rela membagikan harta milik ayahnya. Namun kemurahan ini belum melibatkan hatinya.
Meski kaya raya, Fransiskus adalah rakyat jelata. Fransiskus ingin meraih gelar bangsawan. Cara singkat utk meraih gelar bangsawan adalah dengan menjadi ksatria perang salib. Nilai duniawinya semakin lengkap: harta kekayaan dan gelar bangsawan.
Dalam tembok Kota Assisi Fransiskus muda juga bertemu dengan kemewahan duniawi. Gereja paroki di kota Assisi yang dibangun dengan megah. Gereja Katedral San Rufino. Rumah kediaman Pietro Bernadone (ayah Fransiskus).
Perang di Perugia menjadi titik balik
Pada waktu itu masih berlaku perang antarkota. Langkah awal Fransiskus menjadi ksatria demi meraih gelar bangsawan adalah dengan ikut perang. Sayang pasukan kota Assisi kalah. Fransiskus dipenjara di kota Perugia dan ditebus oleh ayahnya dengan biaya mahal.
Fransiskus kembali ke Assisi dengan rasa malu dan mengalami depresi karena merasa gagal. Mimpi di Spoleto merubah haluan hidupnya. Mana yang lebih baik: mengabdi tuan atau mengabdi hamba. Fransiskus sadar telah memilih jalan keliru.
Ada transformasi dalam hidup Fransiskus. Dia mulai meninggalkan kemuliaan duniawi dan mulai mencari nilai-nilai rohani. Pergerakan: dari dalam tembok kota Assisi beralih ke luar tembok Assisi. Gambaran yang kontradiktif. Semuanya dimulai dengan pengalaman “kegagalan”.
Nilai-nilai Rohani yang ada di luar tembok kota Asisi
Gereja San Damiano yang sudah roboh dengan salib yang mengutus Fransiskus: perbaikilah Gereja-Ku. Tempat orang-orang kusta. Perjumpaannya dengan orang kusta mengubah sikap Fransiskus; apa yang dulu merupakan kepahitan berubah menjadi kemanisan. Kapel St Petrus, tempat Fransiskus merumuskan “AD” (anggaran dasar primitif) bagi para pengikutnya (menyangkal diri, meninggalkan segala-galanya dan menjual harta milik) Gua dan hutan yang menjadi tempat bagi Fransiskus untuk mencari dan memahami kehendak Tuhan dalam keheningan.
Gereja San Damiano yang mulai rubuh. Salib San Damiano yang berbicara kepada Fransikus. Tergambar Yesus yang miskin, menderita, telanjang, tersalib namun bangkit, solider dengan penderitaan. Yesus yang menjadi saudara bagi manusia dan sahabat dlm perjalanan.
Perjumpaan dengan orang kusta
Orang kusta adalah simbol orang yang disingkirkan. Perjumpaan dengan si kusta mengguncang sendi dan prinsip Fransiskus. Mencoba memeluk dan mencium orang kusta. Ini merupakan gambaran pertobatan total. Apa yang dulu kepahitan berubah menjadi kemanisan (Wasiat).
Semula Fransiskus hanya mau menghayati pembaruan hidup bagi dirinya. Bebebrapa saudara datang kepadanya. Perlunya AD. Fransiskus mencarinya di Kapel St Petrus dengan 3x membuka perikop Injil. Penyangkalan diri, meninggalkan segala sesuatu, menjual seluruh harta milik dan ikut Yesus
Fransiskus mengikuti Yesus yang miskin
Fransiskus merenungkan pengalamannya pertama-tama dengan hidup di antara orang kusta. Bergaul bersama dengan orang yang disingkirkan. Kegagalan dalam mengejar nilai duniawi (gelar bangsawan) akhirnya membawa Fransiskus menemukan Yesus yang sebenarnya bukan di dalam tembok kota Assisi, tetapi justru di luar tembok Assisi. Yesus yang ditemukannya adalah Yesus yang miskin, telanjang, meninggalkan kodrat ilahi-Nya.
Fransiskus mulai menanggalkan semua keinginan duniawinya. Beralih untuk mengikuti Yesus yang miskin dan telanjang. Proses transformasi ini tidak statis, tetapi terus berkembang dan sangat dinamis hingga mencapai puncaknya. Akhirnya Fransiskus menjadi saudara dan hamba bagi semua ciptaan.
Kekudusan yang diperoleh oleh St Fransiskus tidak serta merta turun begitu saja dari langit. Bermula dari pengamalan jatuh bangun sebagai seorang manusia biasa. Bahkan diawali dengan pengalaman kegagalan. Pertobatannya dimulai saat dia berjumpa dengan Yesus. Tetapi bukan Yesus yang hebat, melainkan Yesus yang hadir dalam peristiwa sehari-hari (mimpi di Spoleto, berjumpa orang kusta, menjumpai gereja dan salib San Damiano).