Belajar dari Simon Petrus
Mempunyai peran sentral. Dia menempati posisi I di antara 12 rasul. Simon menjadi juru bicara dari para murid. Selesai menyangkal Yesus 3x, Simon Petrus dikisahkan pergi keluar dan menangis dengan sedihnya (Mat 26:75)
Kehadiran Petrus seolah kalah oleh murid yang dikasihi Yesus. Menurut Penginjil Yohanes, Simon Petrus tampil biasa-biasa saja. Setelah menyangkal Yesus, penginjil Yohanes mencatat demikian; maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam (Yoh 18:27)
Di balik perbedaan itu ada pesan yang mau disampaikan kepada kita.
Pertobatan yang dialami oleh Petrus bukan serta merta turun dari langit. Bukan barang jadi. Tetapi Petrus membutuhkan waktu. Ada proses dalam pertobatannya. Di sisi lain kita bisa merenungkan bagaimana Tuhan membimbing Simon Petrus sampai pada kesadaran akan keberdosaannya. Dia mau menyembuhkan luka itu tanpa harus menolaknya atau malah memerahinya.
Penyangkalan Simon Petrus
Dialog antara seorang hamba perempuan penjaga pintu dengan Petrus. Lokasi penyangkalan terjadi di dekat pintu. Situasi masih subuh. Petrus menyangkal Yesus di hadapan 1 orang. Skala masih kecil. Baru satu orang yang tahu.
Dialog antara banyak orang dengan Simon Petrus. Lokasi penyangkalan terjadi di tempat berdiang. Skalanya makin meluas. Simon Petrus menyangkal Yesus di depan banyak orang. Bukan hanya 1 orang.
Dialog antara anggota keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus dengan Simon. Yang bertanya adalah saksi mata yang memang melihat Simon Petrus bersama Yesus di Taman Getsemani. Petrus sebenarnya tidak bisa mengelak. Tetapi dia tetap menyangkal.
Perhatikan yang ditanyakan hamba Imam Besar itu: engkau bersama-sama dengan Dia. Petrus mau menyangkal kebersamaan dengan Yesus. Petrus mau menghapus hidup bersama dengan Tuhan selama sekian tahun. Seolah-olah itu tidak ada artinya dan mau dihilangkan. Simon Petrus sepertinya mau menempuh “cara hidup baru”, yaitu cara hidup sebelum mengenal Yesus. Petrus merasa seolah-olah tidak ada apa-apanya dengan peristiwa penyangkalan itu.
Yesus Menuntun Simon
Tuhan mau mengembalikan kebersamaan antara Diri-Nya dengan Simon. Saat menangkap ikan Petrus tidak mendapat apa-apa. Persis seperti saat Simon dipanggil. Tetapi Simon Petrus belum juga “ngeh”. Setelah diberi tahu Itu Tuhan oleh murid yang dikasihi, Simon mulai sadar.
Penyembuhan dari Tuhan
Konteks perikope ini tidak bisa dilepaskan dengan apa yang terjadi pada Perjamuan Malam Terkahir. Petrus berjanji kepada Yesus mau menyerahkan nyawanya. Alih-alih memberikan nyawa, ternyata Simon Petrus menyangkal gurunya 3x. Penyangkalan ini meninggalkan luka dalam diri Simon. Meski Simon Petrus mau menutupi, atau bahkan menepiskannya, tetapi luka itu tetap ada. Maka Yesus mau menyembuhkannya supaya tidak ada ganjalan dalam berelasi.
Pesan yang mau disampaikan
Yesus menuntun Simon Petrus pada pertobatan. Dia mau menyembuhkan luka hati Simon Petrus dengan cara yang khas. Simon Petrus diajak untuk sampai pada kedalaman dirinya. Dia harus berani membuka dirinya dan sampai pada pengakuan bukan aku yang tahu, tetapi Engkau yang mengetahui segala-galanya. Di hadapan Tuhan tak ada lagi yang bisa disembunyikan. Saat itulah relasi dipulihkan kembali.
Arti dari sebuah komitmen
Dalam Perjamuan Malam Terakhir Simon berjanji akan memberikan nyawa untuk Tuhan (Yoh 13:37). Tetapi nyatanya Simon malah menyangkal gurunya 3x. Apa yang dijanjikan tidak sesuai dengan realita. Simon tidak komit dengan janjinya. Ke depan Simon akan dipersiapkan untuk menjadi seorang gembala. Perintah Yesus kepada Simon. Gembalakanlah domba-domba-Ku. Perintah itu diulang sampai 3x.
Komitmen Sebagai Seorang Gembala
Seorang gembala adalah orang yang berani pasang badan untuk kawanan dombanya. Dia tidak boleh lari, tetapi harus menjaga mereka. Tugas menjadi gembala bukanlah perkara yang gampang. Maka Simon Petrus perlu dipersiapkan supaya komit atas tugas perutusannya. Tradisi mencatat Simon Petrus mati sebagai martir dengan cara disalibkan dan kepala ke bawah agar tidak menyamai gurunya.