Wed. Oct 9th, 2024

Dalam rangka mempersiapkan perayaan 100 tahun hadirnya Kongregasi Bruder MTB di Indonesia, komunitas novisiat melayangkan berbagai acara sederhana, diantaranya: Misa syukur, makan bersama, dan beberapa acara sederhana yang dipersembahkan oleh para Bruder Novis satu, Novis dua dan Postulan. Acara sederhana ini merupakan ungkapan rasa syukur tentang nilai kebersamaan dalam memaknai 100 tahun Bruder MTB hadir di Indonesia. Singkatnya rasa syukur itu dimaknai sebagai sukacita bersama. Sukacita bersama inilah mewarnai kegembiraan para bruder untuk menghadirkan kembali kenangan datangnya misionaris 11 Maret 1921 di Indonesia.

Kenangan indah di masa lalu atas perjuangan para misionaris, kini dirasakan sangat bermakna dan bernilai sampai saat ini. Patutlah para Bruder MTB saat ini belajar kembali nilai-nilai perjuangan misionaris yang mampu menerobos tanda-tanda zaman kala itu dan saat ini kita kenang dalam acara 100 tahun MTB di Indonesia. Saat sulit kala itu menuntut para misionaris Bruder MTB, mencari cara atau solusi agar tetap memelihara khazanah dan semangat misioner. Saya mencoba mencatat beberapa dari sekian banyak makna dan nilai perjuangan yang dirawat oleh para misionaris hingga saat ini.

Pribadi yang Semangat dan Setia

Kata setia mudah diungkapkan tetapi sulit untuk dilakukan. Atau mudah diungkapkan tetapi juga terenga-enga untuk dilaksanakan. Kadang dilakukan dengan setia, kadang bersunggut-sunggut. Menurut Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia online, setia diartikan berpegang teguh pada janji, pendirian, patuh, taat. Ini memungkinkan bahwa setia mempunyai arti suatu usaha dan pengorbanan diri untuk melaksanakan tugas seberat apapun. Pengorbanan ini disadari bahwa tugas berat itu tidak dilaksanakan secara pribadi, tetapi bersama Dia yang telah mengutus dan memberikan kesaksian kepada dunia. “Dia yang memanggil kamu adalah setia, Dia pula yang menggenapinya” [2Tes 5:24].

Para bruder misionaris pertama ini meneladani sikap penyerahan diri Bunda Maria. Bunda Maria yang setia dan penuh dengan pengalaman pergulatan batin yang disimpan di dalam hatinya [Luk 2:54]. Para Bruder Misionaris pertama juga melaksanakan hal itu. Yang terbukti kesetiaan mereka adalah merawat karya-karya kongregasi hingga sampai saat ini masih tetap relevan. Maka, patutlah kesetiaan mereka menjadi pembelajaran yang inspirasi bagi generasi kita saat ini. Kelima misionaris Bruder MTB itu adalah Br. Canisius, Br. Maternus, Br. Serafinus, Br. Longinus dan Br. Leo Geers. Mereka datang ke kota Singkawang pada 11 Maret 2021 sebagai tempat berkarya pertama kali.

Kita lebih mengenal semangat yang mendasar, yang menjiwai Para Bruder MTB menurut RUR 1, 1978 yang disajikan dalam buku semangat dan tujuan MTB menurut dokumen-dokumennya [Tumbarman, 1997:16] menegaskan dua semangat mendasar, yakni:

Semangat dalam sejarah yang meliputi semangat beriman, sederhana, siap sedia, tekun, berani mengambil resiko, mengabdi untuk gereja dan masyarakat menurut teladan St. Fransiskus Assisi dan di bawah perlindungan St. Perawan Maria secara khusus bagi mereka yang sederhana dan membutuhkan. Semangat Bruder MTB di Indonesia yang sesuai dengan konteks konteks budaya maupun tradisi, yang meliputi: beriman, sederhana, peka, berani beresiko, tekun, mengabdi, disponibel, solider, persaudaraan, doa dan karya.

Semangat ini terus menjiwai pada Bruder MTB sampai saat ini. Suatu kegembiraan besar bagi para Bruder MTB dalam rangka merayakan 100 tahun kehadiran MTB di Indonesia, refleksi tentang hidup doa dan karya terus dimaknai sebagai ‘medan’ untuk menjawab tantangan zaman. Pertanyaan refleksi yang terus menggema dalam beberapa kali pertemuan virtual adalah usai 100 tahun kebaruan macam apa yang diperlihatkan oleh Kongregasi Bruder MTB? Pertanyaan dibutuhkan jawaban bersama.

Saya tidak bisa menjawab, sekedar menyampaikannya melalui hasil refleksi ini. Saya merefleksikan pertanyaan dilihat dari dua sisi, yang pertama sisi lahiriah dan yang kedua corak semangat Bruder MTB dalam semangat Fransiskan. Karya-karya Bruder MTB yang tampak jelas saat ini adalah pendidikan formal dan dan nonformal. Pendidikan formal terdiri dari TK-SMA. Sedangkan pendidikan nonformal, ada asrama, LPK, katekese dan pastoral, pertanian, JPIC, dan karya sosial. Semangat St. Fransiskus Assisi adalah semangat melayani yang lahir dari kedalaman hatinya dengan Allah sendiri. Karena itu, St. Fransiskus memberikan kesaksian hidupnya dengan pengalaman konkret. Dalam salah satu slide pemaparan materi Br. Petrus MTB [07 Maret 2021, pkl 20.00-22.15 WIB] menjelaskan “Bukan rumusan keilmuan-pengalaman hidup.” Di lain sisi, nilai-nilai spiritualitas St. Fransiskus juga menjiwa kesaksian hidup para Bruder MTB, antara lain: kemiskinan, kedinaan, Berdoa dan Komtemplatif

Sederhana dan Percaya

Motto yang menjiwai Mgr. Johanes Van Hooydonk [1782-1868] pendiri Kongregasi Bruder MTB adalah simpliciter et confidenter [kesederhaaan dan kepercayaan]. Saya merasa inilah semangat yang menjiwai para bruder MTB misionaris dari Nederland. Kesederhanaan dimulai dari tugas yang mereka emban setiap hari, ada yang jadi guru dan pembina di asrama. Kepercayaan lahir dari nilai kebersamaan dalam hidup bersama di komunitas. Para Bruder dahulu sangat menghargai dan menghidupi nilai-nilai persaudaraan.

Dalam refleksi saya mencoba menilik semangat dalam membangun kepercayaan itu yang dimulai mengembangkan kepercayaan sesama bruder. Dengan demikian terwujudnya kepercayaan pada Dia yang mengutus pribadi-pribadi para bruder dalam hidup persaudaraan. Ketika saling percaya dibangun, maka nilai kesetiaan dalam membangun dan mengembangkan karya terlalu terwujud.

Pribadi yang Saleh

Para pendahulu Kongregasi Bruder MTB adalah pribadi-pribadi yang tekun dan saleh dalam melaksanakan tugasnya. Mereka tidak takut gagal dan tidak takut menghadapi resiko. Tekun dalam berdoa dan dalam karya. Kesetiaan hidup mereka menjiwai seluruh karya dan pelayanan yang menghasil buah sampai saat ini kita rasakan. Para pendahulu juga tekun untuk berdoa, mengandalkan Tuhan dalam melaksanakan karya. Kisah hidup mereka terdengar dengan baik ketika mereka berpergiaan atau keliling di sekitar komunitas, mereka sambil mendasarkan doa rosario.

Catatan Akhir

Memaknai kehadiran Bruder MTB di Indonesia merupakan ungkapan rasa syukur atas perjalanan 1 abab berkarya di Indonesia. Tentu saja tidak terlepas peran serta para misionaris yang gigih berjuang mewujudkan visi misi Kongregasi Bruder MTB. Kiprah hidup mereka patut kita syukuri sampai saat ini, kesetiaan dan kesalehan hidup mereka masih menggema di hati kita sampai saat ini. Kita percaya bahwa mereka pertama-tama, bukan jalan sendiri, tetapi bersama Tuhan yang menyertai perjalanan karya kerasulan sampai saat ini.