Spiritualitas sebagai
sumber daya dan arah hidup kita
Bahan Rekoleksi Bulan Oktober 2022
Oleh : Br. Bram Hommel, MTB
Meditasi bergambar
(Matius 14:22-36)
Seniman gambar ini memusatkan perhatian pada Petrus saat dia melangkah keluar dari perahu ke atas air. Yesus tidak kelihatan. Dengan demikian perhatian penonton diarahkan pada pengalaman murid-murid dan lebih jauh lagi ke dalam dunia pengalaman kita masing-masing. Rupanya para murid juga tidak melihat Dia. Namun Petrus sepertinya mendengar Dia. Dan rupanya dia satu-satunya, karena yang lain tidak mengikutinya.
Badai mengamuk di sekitar mereka. Di belakang perahu juga terlihat air yang sedang terjun seperti di riam. Di depan Petrus air naik dengan deras. Perahu bergerak ke kanan, mau miring bersama murid-murid. Warna hitam di sebelah kiri berarti sedang malam. Murid-murid dikelilingi badai dan laut yang mengamuk.
Dalam keributan itu sepertinya perhatian Petrus sepenuhnya terfokus, pada suara? Tangan kirinya terpasang di belakang telinga. Suara Tuhan? Tangan kanan diulurkan meraba-raba ke depan Rambutnya tertiup angin. Matanya menatap ke atas dalam kekosongan. Sepertinya melihat hantu yang dikisahkan Injil. Kaki yang satu sudah di atas air sedangkan yang kedua sepertinya masih terkait pada perahu. Pakaiannya transparan, ia terpesona oleh apa yang didengar dan melangkah, polos, seadanya dia.
Perhatian dan reaksi murid-murid amat berbeda-beda.
Perhatikanlah pakaian, sikap badan dan ekspresi wajah mereka baik-baik, dan coba membaca sikap dan perasaan mereka masing. (sendiri atau bersama)
Murid pertama
Ia duduk paling dekat penonton, juga mendengar sesuatu, tetapi mengingat posisi matanya, reaksinya kosong, terkejut dan tidak mampu berbuat apa-apa, tangannya terangkat ingin menahan, menghindari didekati oleh sesuatu. Dibandingkan murid yang lain yang berpakaian sederhana, ia berpakaian mewah, mantel dengan kain yang bermotif tertentu.
Murid kedua
Ekspresi wajahnya memperlihatkan kemauan keras dan ia berusaha sekuat tenaganya untuk menghentikan Petrus. Dengan kakinya di tepi perahu ia menarik pada jubah Petrus.
Murid ketiga
Murid yang duduk di sebelah kanannya, tidak berani melihat apa yang sedang terjadi; ia memandang ke bawah dan memegang kepalanya dengan kedua belah tangan.
Murid keempat
Murid yang berikut menunjuk dengan satu jari ke arah Peter: “Coba lihat apa yang dia lakukan!?”
Murid kelima
Murid yang di belakangnya menunjukkan jari ke dahinya: “Yang itu gila!”
Murid keenam
Dan yang paling belakang sedang tutup mata untuk apa yang sedang terjadi, dan sepertinya sedang berdoa dengan tangan terlipat dan mata tertutup.
Renungan:
Boleh jadi bahwa Petrus melambangkan saat kita memutuskan untuk mengikuti Jesus, entah waktu mau berkenalan dengan Bruder-bruder MTB, atau waktu mengucapkan kaul, atau waktu sempat berdoa dengan khusuk. Mungkin teringat pada saat-saat waktu miliki semacam kenekatan untuk mengikuti suara hati, tanpa memandang reaksi orang yang heran atau kurang setuju.
Namun kemudian di masa tertentu badai akan muncul. Entah dari arah mana, perasaan yang sedih atau tersinggung, pikiran yang terus-menerus mengganggu, relasi dengan pimpinan yang tidak menyenangkan, karya yang berat atau membosankan dst.
Boleh jadi bahwa seperti Petrus, kita pun sudah melangkah namun dilanda rasa takut, dan rasa cemas yang mulai mencekam, membuat rasanya makin tidak berdaya dan mau tenggelam.
. . . mengapa engkau bimbang?
Kalau pertanyaan ini dibaca seolah-olah diarahkan kepadamu, bagaimana reaksi dan jawabanmu.