Hidup Bakti-Religius bisa menjadi mandul, bila kehilangan corak Kenabiannya
(P.Fransiskus)
Dalam audiensi P. Fransiskus bersama anggota Union Superior General tahun 2014, muncul pertanyaan mengenai misi dan identitas dari anggota Hidup Bakti-Religius. Apa yang diharapkan dari anggota Hidup Bakti-Religius, dan Apa yang yang perlu mendapat tekanan-prioritas pada jaman sekarang ? Atas pertanyaan tersebut Paus memberi jawaban Gereja tumbuh dan berkembang lewat kesaksian hidup bukan dengan cara menarik pengikut baru. Kesaksian tersebut menampilkan sikap murah hati, kemauan berkorban, melupakan diri sendiri demi pengorbanan orang lain. Dengan kesaksian seperti ini Gereja (Religius) akan lebih menarik dan akhirnya dapat membangun dunia.
Kesaksian yang dimaksudkan Paus ialah kesaksian kenabian, yaitu hidup tidak sekedar memerankan sebagai nabi tetapi benar-benar menjadi seorang nabi yang memberi terang bagi semua orang dan untuk masa depan. Kehidupan seorang nabi bagi Hidup Bakti-Religius tidak lain ialah menghayati hidup Injili sine glossa -tidak dengan kata-kata – Yesus ketika di bumi dan menyatakan bahwa kerajaan Allah akan tercapai kepenuhannya. Cara hidup yang bersumber dari Injil-Yesus itulah yang akhirnya dipandang umat sebagai tanda kehadiran Allah dengan maksud menyelamatkan manusia dan memperbaruhi masyarakat.
Pernyataan Paus Fransiskus di atas merupakan jawaban yang meneguhkan para suster muda ketika Paus berkunjung di Syria tahun 2015. Cara hidup kenabian seperti di atas haruslah dipandang sebagai prioritas untuk masa kini. Untuk masa kini para Religius (Bruder dan Suster) dipanggil sebagai nabi dengan jalan hadir menampilkan surga di tengah- tengah gemuruh neraka.
Tanda-tanda kenabian
Di dalam Vita Consecrata 85, disebutkan bahwa sekarang ini dikesani bahwa tanda-tanda kehadiran Allah tidak ditemukan. Karena itu kesaksian yang dapat meyakinkan akan kehadiran Allah – Yesus hidup – Yesus hadir – sangat diperlukan. Kesaksian hidup kenabian dari para religius itulah yang diharapkan dapat menjadi tanda yang dapat dianggap sebagai kehadiran Allah. Adapun tanda kenabian yang dapat dipandang sebagai kehadiran Allah, secara singkat dapat disebutkan :
- Jika nabi dipandang sebagai orang yang berbicara atas nama Allah dan kehendak Allah, maka orang akan dapat melihat bahwa Allah berada dalam drinya; dalam kehidupan sehari-hari memancarakan cara hidup transendens- hidup Injili.
- Nabi tidak hanya menyerukan keadilan, kebenaran, pembebasan ataupun ajakan pertobatan ataupun hidup baik. Nabi haruslah dapat menjalin kontak langsung orang-orangang sangat membtuhkan, orang buta melihat, orang lumpuh dapat berjalan
- Dunia yang diwarnai dengan hidup individualisme, persaingan, kekerasan; seorang nabi diharapkan dapat membangun solidaritas, sebagai ungkapan tanggung jawab bersama, integrasi, kekeluargaan dan kesatuan baik human dan infra human.
- Dunia diwarnai dengan kekerasan, ketakutan, kesedihan; seorang nabi dapat membawa kegembiraan-damai; yang tidak sekedar hura-hura.
- Di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan caara hidup glamour, foya-foya, kemewahan material, seorang nabi tampil dengan pola hidup sederhana sebagai pilihan nilai utama; sedangkan yang lain sekedar nilai tambahan.
Tanda-tanda itu akan menjelaskan kepada dunia , siapa atau apa dirinya – religius itu, bukan sekedar apa yang di buat oleh religius. Tanda itu akan menampilkna religius sebagai man of God – Abdi Allah –dan bukan sekedar Pekerja di ladang Tuhan.
Mempunyai Sikap Bebas
Menjadi tanda kenabian dituntut pada dirinya sikap bebas. Bebas tidak dipahami berbuat atau bertindak semau-maunya tanpa menghiraukan ikatan-batasan yang ada. Bebas dimaksudkan mampu dan mau untuk menguasai diri – lepas dari dirinya – ekstatis. Dalam dirinya tidak ada lagi – kekurangan – kelemahan insani – kecenderungan tak teratur dan bahkan luka batin/traumatik yang membelenggu-menghambat untuk bertindak ataupun berbuat. Kebebasan itu meliputi antara lain :
- Bebas untuk pindah tempat atau tugas, sehingga tidak terikat oleh rasa aman dan nyaman baik tempat tinggal-tugas bahkan jabatan.
- Bebas berbagi atas milik dan berusaha netral terhadap materi, dari pada membiarkan kecenderungan menimbun barang.
- Bebas menghayati hidup sebagai saudara bagi siapa saja tanpa ada ada batas lahiriah yang bisa menjadi pemisah/sekat (preferensi – oriented – minded).
- Bebas menunjukkan cinta yang didasarkan pada kasih dan kedewasaan kepada siapa saja daripada cinta yang diwarnai dengan perilaku seksual yang tidak teratur, termasuk penyimpangan.
- Bebas melaksanakan tugas pekerjaan, kewajiban ataupun pelayanan sebagai ungkapan pembaktian diri dengan penuh kegembiraan daripada dengan rasa terpaksa, tidak ada pilihan atau karena diperintahkan.
- Bebas mendengar pikiran atau pendapat orang lain daripada bersikukuh dengan pendapatnya sendiri.
- Dengan bebas menghabiskan waktu untuk berdoa-merenung daripada rasa terpaksa atau merasa dikejar-kejar oleh tugas atau cepat ingin tahu berita lewat gadget.
- Bebas untuk mengakui dan menyatakan diri sebagai orang yang hidup mengikuti panggilan kenabian; daripada bersembunyi lewat tampilan.
Dengan menghayati hidup bebas seperti di atas dapat dikatakan bahwa kita menampakkan kepada dunia menghayati hidup Injili secara sine glossa – tanpa kata-kata dengan seluruh kepribadian dan perbuatan kita.
Tanda yang melawan arus
Persekutuan religius menghidupi misi kenabiannya dengan melawan arus dunia, karena gaya hidupnya tidak selaras atau bahkan bertentangan dengan gaya hidup yang ditawarkan dunia. Gaya hidup dunia yang dianut masa kini disebut gaya hidup modern – kebaruan yang ditandai dengan kemajuan cara berpikir – rasional, ilmu pengetahuan pelbagai bidang dan tehnologi-robot (industri, transportasi, komunikasi,).
Perkembangan jaman akan memberi kemudahan bagi hidup manusia, orang kapan saja dan dimana saja akan mudah berkomunikasi dengan cepat, berbagai sarana transportasi tersedia sehingga mobilitas tinggi- murah – cepat dan nyaman, kemajuan industri dapat menyediakan berbagai lapangan pekerjaan dan hasil industri. Perkembangan tehnologi meliputi juga bidang hiburan, makanan, pakaian, perumahan, dan kesehatan. Perkembangan ini dapat mempengaruhi sikap hidup manusia misalnya terbuka pada perubahan-kemajuan, petimbangan-perhitungan dan perencanaan secara rasional, mampu menemukan terobosan dan berpikir alternatif dan mandiri.
Namun demikian perkembangan jaman tidak dapat dipungkiri akan membawa pengaruh negatif bagi manusia termasuk generasi muda. Kemajuan di bidang tehnologi-mekanik-digital menyebabkan munculnya banyak industri dan akan gampang memunculkan polusi. Perkembangan tehnologi di bidang komunikasi (gadget) memunculkan sikap individualistis. Muncul budaya materialisme : hedonisme – konsumptif – disposal- kleptoman; barang-barang mudah diperoleh dan cepat mempengaruhi sikap cepat-cepat. Budaya luar gampang masuk ke dalam negeri mempengaruhi tatanan moral – sek bebas, sekular humanistik (menjunjung nilai kemanusiaan tetapi mengabaikan nilai keagamaan).
Bila panggilan hidup religius-hidup bakti merupakan panggilan kenabian di tengah dunia sekular; dunia dengan tawaran, bujukan, bahkan rayuan yang tidak selaras dengan Injil maka sekali lagi dapat dikatakan – dipanggil untuk hadir menampilkan surga di tengah gemuruh neraka.
Dihayati pertama-tama dalam persekutuan persaudaraan-tarekat
Panggilan kenabian bagi paa religius-hidup bakti pertama-tama dihayati di dalam persekutuan persaudaraan. Persekutuan merupakan lahan pertama sebelum tampil ke dunia. Bagamana kita dapat melawan individualis bila tidak mempunyai pengalaman hidup pluralis di dalam perseutuan. Bagaimana kita bisa melayani bila tidak dimulai di komunitas.
Realitas tarekat-persekutuan persaudaraan mengandung pokok-pokok yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
- Karya tarekat beserta sarana-prasarana. Karya secara yuridis merupakan ungkapan pelayanan tarekat atau pelaksanaan misi tarekat, keterlibatan tarekat pada kebutuhan gereja. Dari tahun ke tahun tuntutan karya di tengah dunia menuntut komitmen dan kompetensi yang semakin tidak ringan. Namun perlu disadari bahwa karya bukan wahana untuk investasi; melainkan lahan-ladang Tuhan untuk menampilkna hidup kenabian.
- Tatanan anggota perseukutan dari tahun ke tahun daptlaah digambarkan seperti piramida; yang semakin mengerucut. Piramida dapt menggambarkan keadaan anggota berdasarkan jumlah, status dalam tarkat, tugas dalam karya, kapasitas dsb. Gambaran piramid susunan keanggotaan bisa menjadi kesadaran akan panggilan menjadi anggota tarekat, pelaksanaan karya, dll.
- Sesuatu hal yang kurang diadari bahkan diterima ialah menyangkut kelemahan-kerapuhan pribadi anggota persekutuan. Kondisi demikian akan mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan persekutuan; kepemimpinan, karya, hidup komunitas, formasio ataupun tugas-tugas lain yang dipercayakan.
- Hal lain yang kadang-kadang terabaikan ialah menyangkut ekspektasi-harapan. Harapan dapat didasarkan pada kehadiran kita di tengah gereja dan masyarakat, aspek pelaksanaan karya, kepemimpinan dan formasio. Harapan yang ada bisa saja menjadi design untuk masa depan.
Keempat realitas ini mungkin tidak langsung disadari; tetapi dalam hidup sehari-hari hal ini bisa muncul dalam percakapan sebagai ungkapan kecemasan atau kekuatiran tentang tarekat. Atau mungkin justru orang luar yang melihat dinamika realitas persekutuan.
Sebagai penutup, sebagai Bruder MTB di jaman ini, :
Kita mau memberikan kesaksian kenabian :
- Ditengah dunia yang cenderung semakin sekular kita mau memperlihatkan cara hidup dengan dimensi spiritual yang ditimba dari AD dan Konstitusi,
- Ditengah masyarakat yang semakin individualis, dalam komunitas maupun kerja kita memperlihatkan hidup persaudaraan yang pluralis , tidak ada batas famili ataupun gender.
- Di dunia yang bergelimang materi dan di tengah masyarakat yang konsumtip – hedonis –disposal; kita kenakan pola hidup sederhana dari inspirasi Fransiskus Assisi.
- Di dunia yang ditandai dengan kemajuan tehnologi di segala bidang kehidupan, kita mau dengan bijaksana menggunakan sarana itu dalam tugas evangelisasi-kerasulan dan tidak memanfaatkan untuk kesenangan-hiburan semata-mata.
- Ditengah dunia dengan keluhan perubahan iklim, pencemaran air dan udara maupun sampah; yang mengancam hidup manusia dan habitat, kita mau baik dalam lingkungan karya maupun komunitas, melakukan kerja tangan untuk pelestarian alam.
(Bahan Rekoleksi Bulan November : Br. Petrus Handoko, MTB)