Sebuah pergumulan dan perkembangan perjalanan spiritual tentang catatan doa dalam hidup sehari-hari. Doa yang menjadi tindakan konkret. Doa menghasilkan suatu perbuatan. Doa membawa suatu perubahan dalam bertutur kata, tindakan [perbuatan]. Karena itu ziarah pengalaman spiritual itu selalu dilandasi dengan hidup doa. Doa itulah menumbuhkan iman. Perkembangan spiritual itu dilandasi dengan hidup doa.
Pengalaman hidup sehari-hari dihubungkan dengan kehidupan Kristus sebagai Guru sejati yang menghubungkan hidup antara manusia dengan-Nya [Leteng, 2012]. Hal ini tidak bisa tidak. Karena hidup kita sebagai umat Kristiani, dasar utamanya iman akan Kristus. Hidup menjadi tabah dalam menaggung setiap derita yang kita hadapi dan kita lalui. Sabagaimana dikatakan surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi4:13, Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberikan kekuatan padaku Pengalaman iman membutuhkan kepekaan hati untuk melihat ke dalam dan ke luar diri secara positif. Perkembangan hidup manusia akan berkembang bilamana pengalamannya hidup sehari-hari diintegrasikan dengan pengalaman hidup Kristus yang merupakan sumber iman Kristiani.
Dimensi Iman Manusia
Pada tingkat ini manusia memiliki dimensi iman yang kita kenal dengan iman impersonal dan iman personal yang dipengaruhi dari lingkungan [orangtua, keluarga, masyakarat]. Semestinya iman impersonal ini dari hari ke hari semakin dimotivasi oleh pengalaman personal dengan Allah. Allah menjadi tempat perjumpaan terdalam untuk membantunya dalam menghayati iman secara lebih mendalam. Iman itu didasari dengan kokoh bilamana relasi persoanal dan impersonal dengan Allah sungguh dirasakan sebagai pengalaman intim.Tanpa relasi yang intim dengan Allah iman menjadi ‘titik tatanan hidup manusia’ mengubah seluruh hidupnya dan berpangkal pada hidup bersama Kritus. Kristulah menjadi segalanya. Titik puncak dari pada iman itu adalah Allah satu-satunya sebagai penyelamat.
Tidak mengherankan perjalanan hidup manusia merupakan ziarah iman atau ziarah rohani. Tak bisa disangkal bahwa anugerah terbesar itu datang dari Allah. Allah yang lebih dahulu mengasihi manusia. Apakah manusia membuka dirinya akan kehadiran kasih Allah itu? Manusia semestinya perlu menyadari secara mendalam tentang diri sebagai mahkluk ciptaan Tuhan. Bukan mengatasnamakan diri sebagai pencipta. Tentu ini menjadi problem besar bila manusia merasakan dirinya sebagai pencipta.Olah karenanya, dasar dari segala sesuatu dan bukti dari segala sesuatu yang tak dapat dilihat [Ibrani 11:1]. Iman impersonal itu sebenarnya membantu kita sebagai orang beriman untuk semakin beriman dalam penghayatan hidup sehari-hari.
Seorang beriman lebih militan dalam menghayati iman secara pegnetahuan, praksis dan dalam pengalaman hidup sehari-hari. Ia tidak mudah menyerah, putusasa dan pantang mudur dalam setipa godaan dan cobaan yang dihadapi. Ia justru mampu menjadi saksi iman yang sejati. Sejati dalam arti memberikan kesaksiaan iman yang lahir dari dalam hati. Sebagaimana dikatakan dalam Surat Yakobus 3:10 iman tanpa perbuatan pada hakikitnya mati. Maka, iman yang lahir dari kedalaman hati, dapat memberikan kesaksian yang sejati dalam penglaman hidup sehari-hari. Dengan kata lain, semua pengalaman hidup sehari-hari dapat dihayati dengan iman. Bukan tidak mungkin, dan itu harus terjadi dan harus mau! Sebagai orang beriman yang militan haruslah cebur kedalam hidup bersama Yesus. Sebab Yesus menjadi pegangan satu-satunya.
Bacaan
Leteng, H. [2012]. Pertumbuhan Spiritual. Jalan Pencerahan Hidup. Obor. Jakarta. Hal.105.