Sat. Dec 7th, 2024

Lampung, Rumah Retret Alverna
Perayaan Ekaristi FRIP [Franciscan Retreat Intership Program].
Peranyaan Ekaristi di Pimpin oleh: P. Hans, OFM

Oleh Sdr. Ferdi Jelahu MTB

Tema DIPANGGIL DAN DIUTUS

 

Bacaan I: Amos 7:12-15

Bacaan II: Efesus 1:3-14

Injil : Mrk 6:7-13

Pengantar

Para saudara-saudari, salam sehat dan bahagia selalu bagi kita semua. Dalam Bacaan Minggu Biasa Pekan Biasa XV yang diperdengarkan kepada kita mengisahkan tentang “Panggilan kedua belas murid Yesus dan tugas perutusannya [Injil], sedangkan dalam bacaan pertama “Tuhan memanggil Amos dan mengutusnya”. Dalam Bacaan II “Setiap orang yang terpanggil akan dimeteraikan dengan Roh Kudus.

Kita yang berada ditempat ini juga dipanggil oleh Tuhan dengan cara-Nya sendiri. Ada yang sungguh-sungguh niat dari dalam hatinya, ada yang karena melihat kesaksian hidup pada figur-figur tertentu dari kalangan religius, ada yang tertarik karena juba dan lain sebagainya. Kita menjawab panggilan itu, lalu berani memberikan keputusan untuk mengikuti panggilan-Nya. Kita tidak berhenti pada panggilan-Nya, tetapi kita menerima tugas perutusan. Pertanyaannya, Apakah kita setia dalam panggilan-Nya? Apakah kita setia terhadap konsekuensi tugas perutusan? Bagaimana kita membangun koneksi panggilan itu dengan Dia agar tidak mudah putusasa bila menghadapi tantangan?

Homili [Renungan]

Pada tahun 2010 yang lalu, 11 tahun yang telah lewat, saya bergulat dengan diri saya sendiri. Pergulatannya mengenai pilihan. “Aku mau ke mana dan mau jadi apa?” Saat itu hanya ada satu jawaban yang kiranya “tepat” diantara banyak pilihan yang lain. Pilihan yang dimaksud untuk menjadi bruder. Sedangkan pilihan yang lain diantaranya menjadi guru, petani, nelayan dokter, pegawai kantor, dsbnya.

Kita yang hadir disini dan ditempat ini, punya pilihan yang “tepat dan sama” yakni menjadi pengikut Kristus. Lebih konkretnya lagi, menjadi pengikut Kristus menurut teladan Bapa kita St. Fransiskus Assisi. Maka tidak perlu diragukan lagi, karena Dia memilih dan mengutus kita.

Semua orang dipanggil akan diutus dan semua orang yang diutus menerima serta menanggung konsekuensi. Apa konsekuensinya? Siap ditolak, dihina, dicemooh, dianiaya, dihakimi, dan siap untuk tidak membawa apa-apa dalam perjalanan. Kita yang ada disini telah dipanggil dan menerima tugas perutusan itu, bahkan tugas perutusan itu sedang kita jalani: ada yang sudah berkarya, ada yang sedang studi, dan setrusnya. Kita menemukan berbagai tantangan dan konsekuensi dalam menjalani tugas perutusannya itu. Bahkan tantangan berat sekali pun kita hadapi. Pertanyaan adalah mengapa kita tetap setia menghadapi dan menerima tantangan itu?

Dalam Bacaan I [pertama] kita telah mendengarkan bahwa “Tuhan memanggil Amos, seorang peternak dan pemungut buah hutan untuk pergi bernubuat [berbicara] kepada umat pilihan Tuhan di Israel yang tidak setia kepada Allah.” Amos dipilih untuk mewartakan kabar baik kepada semua umat Israel dan melawan penyembah berhala untuk berbalik kepada Tuhan. Sedangkan dalam Bacaan II [kedua] dikatakan “Setiap orang yang dipanggil akan dimteraikan Roh Kudus.” Semua orang yang dipanggil diberikan karunia khusus untuk menyampaikan kepada orang-orang yang tidak percaya atau tidak mengenal Kristus. Karunia itu diantaranya hikmat dan pengertian, pengampunan dosa. Semua itu diperoleh berkat Kristus yang telah menjadi nyata dalam hidup kita. Kristuslah yang memperkaya dan melimpahkan karunia dalam diri orang-orang yang dipanggil-Nya. Sedangkan dalam Bacaan Injil ditegakan “Yesus memanggil kedua belas murid dan mengutus mereka berdua-dua serta memberikan kuasa untuk mengusir roh-roh jahat [Mrk 6:7]. Menjadi pengikut Kristus berarti siap diutus dan siap menerima resiko. Resikonya apa? Tidak membawa apa-apa dalam perjalanan [Mrk 6:8]. Perlu ada sikap pasrah pada kehendak Allah. Maunya Tuhan, bukan maunya gue.

Kita diingatkan kembali tentang perjalanan tugas perutusan St. Fransiskus dalam menghayati Injil, dikatakan dalam buku Fiorreti [1997:230] bahwa St. Fransiskus sedang berkeliling ke desa-desa, tepatnya di Arezzo salah seorang ibu mendengarkan St. Fransiskus datang, ia pun menemui Fransisku sambil mengendong anaknya berumur delapan [8] tahun sedang sakit busung air. Ketika menemui Fransiskus, ia berlutut dan memohon doa dari St. Fransiskus. Fransiskus pun berlutut dan berdoa memohon kepada Tuhan agar dapat menyembuhkan anak itu. Seketika itu juga anak itu menjadi sembuh.

Sebuah ilustrasi singkat dapat menjadi ingatan bagi kita sebagai pengikut Kristus. Salah seorang umat bertanya, “Ko, zamanmu, nak susahnya bawa Kitab Suci ke Gereja?” Katanya. Jawab seorang anak muda, katanya, “Ngapain susah-susah bawah Kitab Suci, kan Kitab Suci sudah ada di Handphone [HP]. Lagian Kitab Suci juga lebih berat daripada HP. Zaman gini nga usah buat repot-repot. Bawa aja HP.” Responnya. Ilustrasi ini mau mengingatkan kepada kita tentang komitmen pada pilihan dan tugas perutusan kita. Memilih bawa HP atau Kitab Suci? Atau pilih kedua-duanya?

Pilihan itu menuntut suatu perjuangan dan pengorbanan. Sesungguhnya Allah telah memilih kita dan mengutus kita. Memilih dan mengutus kita merupakan pilihan-Nya, bukan pilihan kita. Allah yang memilih, Allah pula yang mengutus ke mana Ia hendak utus? Dari pihak kita menutut suatu kessetiaan. Dan kesetiaan itu membutuhkan pengorbanan dan keteguhan hati.

Dia yang memanggil dan mengutus kita. Dia pula yang mengarunikan rahmat yang kita butuhkan. Dia pula memberikan jalan keluar bila kita menghadapi tantangan dan konsekuensi serta permasalahan dalam panggilan kita. Hanya menuntut perjuangan, pengorbanan serta keterbukaan hati akan rahmat-Nya kita tetap setia dalam panggilannya.

Saya menutut renungan ini dengan sebuah puisi yang melukiskan kenyataan konkret sekarang. Semoga dapat membantu kita akan panggilan serta konsekuensi mengikuti panggilan-Nya. Dan yang jauh lebih penting adalah kita terus-menerus membangun koneksi kepada Tuhan. Dalam Dia kita beroleh kelimpahan. Melalui doa, refleksi, Firmanya, Kontemplasi, Perayaan Ekaristu-kita bisa terhubung kembali ‘jaringan’ yang putus kepada Dia

Koneksi Kembali

Karya Sdr. Ferdi MTB

Sinyal Putus! Semua koneksi aplikasi jadi putus.
WhattApp tak bisa, Facebookkan tak bisa
Instaggram tak bisa, semua aplikasi terputus
Seakan-akan gelisahku tak pernah behenti.
Itulah kegelisahan, kecemasan dunia saat ini.
Seakan-akan sudah ditentukan apakah sinyalnya ada atau tidak.
Aplikasinya berjalan atau tidak.
Paketan internet ada atau tidak.
Kegelisahan itu kegelisahanku juga,
bahkan kegelisahan kita semua.
Putus sambungnya sinyal,
terasa hidupku mengalami putus sambung antara aku dan Yesus
Dia tak membiarkan aku putus
Dia menarikku dan meraih-Nya kembali
Untuk menyambung kembali
Pada jalan cinta sejati-Nya.
Denyut jantung terasa berkobar ria
Bagaikan berkembangnya touch aplikasi pada layar HP
Membakar mencari titik tujuan.
Bagaikan paketan intenet
terkoneksi kembali pada aplikasi yang terputus
Menemukan jalan-Nya yang terus menuntunku sampai saat ini.