Bagi saya yang baru mengenal Kongregasi bruder MTB kurang lebih empat (4) tahun, sejak tahun 2017 sampai sekarang merupakan sebuah sejarah hidup yang amat bermakna bagi saya. Mengapa demikian? Karena tidak hanya mengenal tetapi juga mengambil bagian dalam barisan kongregasi bruder MTB untuk mewartakan Kerajaan Allah melalui karya-karya kongregasi bruder MTB yang nyata baik dalam karya di bidang pendidikan formal, nonformal maupun pelayanan karitatif (Red:sosial) lainnya. Pada saat itu saya tidak tahu berapa usia bruder MTB di Indonesia, namun jika dihitung mundur dari sekarang berarti pada tahun itu (2017) kongregasi bruder MTB telah mencapai usia yang ke-94 tahun di Indonesia dan kini genap 100 tahun tepat pada tanggal 11 Maret 2021. Waooo… bukan usia yang muda bagi perhitungan untuk umur manusia.
Satu kebanggaan tersendiri bagi saya adalah angkatan kami (Novis angkatan 2019) adalah angkatan yang akan menerima profesi perdana pada puncak perayaan 100 tahun bruder MTB di Indonesia. Namun, bila semuanya diperkenankan menerima kaul perdana pada 15 Agustus 2021. Akan tetapi, bagi saya saat ini sebaiknya tidak berharap yang berlebihan, alangkah baiknya lebih mempersiapkan diri untuk menerima apa saja yang akan diputuskan bagi saya.
Seratus (100) tahun bukanlah usia yang muda. Jika Kongregai MTB adalah sebuah pohon tentunya sudah menghasilkan buah berlimpah. Dari kelimpahan buahnya itu pasti banyak juga yang telah tumbuh menjadi bibit dan berkembang menjadi pohon baru yang subur dan kokoh. Jika ia adalah manusia tentunya telah memiliki banyak cucu, cece, cicit, dan bahkan telah menurunkan tujuh turunan. Bagi saya sebagi Novis II, tentunya belum berbuat apa-apa untuk kongregasi. Kata yang tepat bagi saya adalah ‘penikmat’. Karena ketika saya bergabung dengan kongregasi bruder MTB saya banyak berdinamika di dalamnya. Baik pengalaman dalam suka dan duka yang merupakan tempaan bagi saya untuk menjadi menusia baru yang merdeka dan beraklak. Semua tentang kerohanian, karakter, dan inetlektualku dibentuk di sini (konregasi bruder MTB). 100 tahun merupakan usia yang serat peristiwa dalam sejarah di tanah air Indonesia. Bagi saya sebagai pemula, ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi saya. Kesempatannya adalah mempelajari banyak hal tentang budaya, etnis, dan suku-suku di Tanah Air tercinta ini. Semua itu dengan mudah saya pelajari dari para saudara dalam kongregasi MTB. Akan tetapi, kesempatan ini pun merupakan tantangan bagi saya, yaitu: bagaimana hidup bersama dengan mereka (para saudaraa dalam kongregasi). Apa yang harus saya perbuat untuk membantu kongregasi MTB dalam menyebarkan Kabar Gembira ‘Injil’, agar setiap orang memandang kongregasi MTB sebagai tempat dan ruang untuk bertemu dengan Sang Khalik. Dan juga menjadi penjaring banyak orang untuk bergabung dalam barisan kongregasi? Itu semua adalah misteri bagi saya. Hanya “Sang Ruang dan Waktu” yang dapat memecahkanya. Saya hanya perlu rendah hati untuk terus-menerus memohon agar bisa menjadi alat pemecah misteri itu.*** Sdr. Damas MTB –Novis 2.
Br. Damas, MTB