Berawal dari keluhan warga biara, bahwa tikus-tikus mulai banyak berkeliaran di dapur, baik yang berukuran kecil maupun besar. Maka, ada usulan untuk memasang perangkap, menabur beras racun, atau memasang lem untuk memusnahkan tikus yang berkeliaran di dalam rumah, khususnya dapur tempat yang harus higienis. Keputusan akhirnya menggunakan lem fox tikus.
Hari Senin tanggal delapan malam, tepat setelah makan malam, dipasanglah lem tikus yang dituangkan di atas carikan dus. Untuk memancing Si tikus, maka diberilah remah-remah roti yang sudah tak dikonsumsi. Bagi tikus, roti itu masih enak untuk disantap. Tak harus menunggu berlama-lama, akhirnya Si tikus terjerat lem, bertahap satu per satu tikus berukuran kecil. Sementara itu, tikus yang berukuran besar masih membuktikan diri bahwa mereka belum bisa dijerat dan dibohongi oleh manusia. Pagi setelah sarapan, ada satu tikus berukuran besar akhirnya terjerat juga, namun ia sendirian. Betapa malangnya dia. Jadi, jumlah tikus yang terjerat lem berjumlah 4 ekor. Tikus yang terjerat ini dibunuh dahulu sebelum dibakar karena dianggap hama yang dapat membawa penyakit.
Malam kedua, tanggal sembilan malam tepat setelah makan, dipasang lagi lem tikus untuk kedua kalinya. Lagi-lagi harus ditaburi remah-remah roti untuk mengelabuhi si tikus. Akhirnya, diperiksa pagi hari setelah sarapan, dapatlah dua ekor tikus berukuran kecil. Mereka menjerit-jerit karena tak bisa lari untuk menghindari manusia. Akhirnya, merekapun dimusnahkan dengan dibakar agar tak membawa penyakit.
Di hari sebelumnya juga ada tikus yang terjerat dalam perangkap yang berbentuk kotak dan harus dimusnahkan dengan cara direndam ke air sampai mati. Namun, tikus itu selamat karena ada usulan dilepaskan di dekat anjing supaya mereka yang menerkamnya. Namun, anjing ini terlalu lelet bergerak sehingga keleletan anjing dimanfaatkan tikus untuk lari dari kematian yang sadis. Akhirnya, si tikus berhasil pergi.
Santo Fransiskus Assisi menganggap semua makhluk di bumi adalah saudara. Baik makhluk hidup maupun mati, semua saudara. Sebagai pengikut Santo Fransiskus Assisi tentu harus mencintai semua makhluk yang ada di bumi. Ketika harus memusnahkan saudara tikus, sebenarnya, tidak tega. Disposisi batin mulai bergolak. Apalagi ketika mendengar suaranya menjerit ingin melepaskan diri, ketika harus memukulnya dengan batu atau kayu, atau merendamnya di air sampai mati. Memang tidak tega. Lalu bagaimana caranya memusnahkannya agar tidak terkesan kejam?
Batin bergejolak karena masih ada dua pandangan atau dua sudut pandang yang masih belum bisa diputuskan. Harus bisa memutuskan. Tikus dianggap saudara atau tikus dianggap sebagai hama yang menular penyakit? Tetapi, sebagai orang beriman mungkin ini cara yang terbaik, tikus tetap dianggap saudara. Ketika harus memusnahkannya, katakan padanya, “Saudara tikus, maaf, kami harus memusnahkanmu karena kalian sudah masuk ke tempat yang bukan tempat kalian berada. Mungkin kalau kalian berada di tanah tanpa mencuri makanan kami, kami tidak akan memusnahkan kalian. Kita memang saudara sesama makhluk hidup, tetapi tempat dan rumah kita berbeda. Cara hidup kitapun berbeda. Semoga kalian menemukan kedamaian. Amin.”