Saat-saat pergulatan kini semakin berat, dan semakin memuncak. Kegelisahan batin terus mencuat. Hanya terdengar kepedihan dan rintihan tangis terus melandaku. Aku binggung, aku ragu, aku ingin suatu teriakan keras lantaran helatan suara terdengar, seolah-olah angin membisikan ke teligaku dan terdengar, Dia berkata: “Apa yang sedang kamu rindukan, yang sedang kamu harapkan?”
Kataku, “Ya Tuhanku, aku ini hamba yang tak berguna, tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku menjadi ragu, cemas, gelisa karena aku takut dihina, diolok dan dijelek-jelekkan.” Jawabku.
Kata-Nya lagi: “Tidakkah kamu tahu bahwa itu telah terjadi pada-Ku oleh tua-tua dan ahli Taurat dan orang Farisi. Aku tak gentar, tak takut menghadapi semua itu agar engkau beroleh kasih yang sempurna. Sebab kasih-Ku itu adalah kasih yang benar, tulus dan penuh dengan cinta, sebab cinta di atas segala-galanya. Dan lebih dari pada itu, kasih-Ku itu adalah mengorbankan diri.” Tegas-Nya.
Kegelisahan batinku terus melanda menjulang tinggi, bagaikan salju yang bertumpuk semakin tinggi, rasa putusasa selalu ada dalam dalam perjalananku. Mengapakah Engkau datang saat aku dalam putuasa, rasa cemas, gelisa, pedih, sakit dan deritaku?” Demikianlah pergulatanku di dalam batin.
Ku katakan sekali lagi kepadamu: “Engkau cemas, gelisah, khwatir, putusasa, kepada siapakah engkau pergi? Engkau merasa takut, tetapi engkau mencari tempat yang aman dan nyaman menurut kesenanganmu sendiri. Ingatlah! Aku telah menunjukkan jalan yang terbaik bagimu karena Aku mengasihimu, dan mencintaimu. Sebab kasih-Ku itu melampaui segala kekhwatiranmu. Datanglah kepada-Ku. Yang kunantikan adalah penyerahan dirimu. Yang kuharapkan adalah sikap pengorbananmu untuk membiarkan diri-Ku ada di dalam hatimu. Itulah pengorbanan yang sempurna dalam hidupmu.”