Keluarga merupakan sekolah hati dalam proses perjalanan seorang terpanggil. Peranan keluarga tidak bisa lepas dari seluruh dinamika kehidupan manusia yang sedang dalam perjalanan menuju pendewasaan diri, entah ia sebagai orang terpanggil maupun sebagai awam. Jejak hidup bersama keluarga, baik pengalaman suka maupun duka bersama ayah, ibu dan saudara/i-nya tidak bisa luput dari seorang pribadi dalam perkembangan. Berikut ini berdasarkan hasil permenungan rekoleksi yang membawa kami melihat kembali pengalaman bersama keluarga. Sharing-sharing yang terungkap dalam permenungan kali ini meliputi pengalaman bersama keluarga dan saudara dalam komunitas bruder MTB. Adapun beberapa ungkapan yang kami bagi dalam kesempatan ini ialah:
Saudara oktavianus dalam sharing menemukan pengalaman indah bersama keluarga, ia mengungkapkan rasa kekagumannya terhadap sosok seorang ibu yang baik, pandai masak, membuat kue, pekerja keras dan sabar. Kekaguman yang amat mengharukan itu ia tuangkan dalam untaian puisi indah :Ketika aku masih lemah,…ketika aku masih mengangis dan tidak bisa berbuat apa-apa,….Kau ada di sampingku,…Engkau seperti matahari terbit yang menyinari hidup dalam kegelapan…Kau yang selalu memberiku harapan untuk menjalani hidup. Engkaulah anugerah terindah dalam hidupku.
Kebahagiaan Dalam Ulang Tahun
Dalam refleksinya saudara Oktavianus membagikan dimana ia merasa panggilannya sebagai seorang bruder sungguh didukung oleh keluarganya. Dukungan yang ia amat rasakan itu terungkap di tahun 2020 saat dimana ia berulang tahun. Kala itu keluarganya mengirim sebuah video singkat ucapan selamat ulang tahun dan memberi dukungan untuk tetap setia dalam berjalan mengikuti Yesus. Kala itu ia merasa sangat bahagia dan terharu. Terima kasih bapak, ibu dan saudara/iku. Doa kalian menyertaiku hingga kini. Saudara Oktavianus, selain membuka lagi pengalaman dalam keluarganya ia berusaha melihat fenomena yang alam keluarga zaman ini. Dalam pengamatannya ia berpendapat bahwa fenomena itu terjadi karena kurangnya waktu orang tua mendampingi anak. Dengan demikian banyak anak zaman ini tidak mengalami kasih sayang dari orang tua secara utuh. Ia menambahkan bahwa yang menjadi akar permasalahan dari semua itu ialah sikap egoisme yang amat tinggi. Dalam kontek yang senada dengan itu mungkin banyak orang bertanya siapa yang bertanggung jawab atau semua itu? Jawabannya tentu orang tua dan pribadi anak itu sendiri yang berinisiatif untuk mengolah. Pendapat yang diungkapkan itu ia teguhkan dengan alasan yang kuat yakni karena berangkat dari pengalaman pribadinya sendiri. Ketika masih di bangku sekolah dulu sepulang dari sekolah sangat jarang berjumpa secara utuh dengan ayah, ibu dan saudara/i-nya. Semua itu karena sibuk. Sibuk yang membuatnya memberi alasan ini. Terinspirasi dari kutipan Injil yang mengatakan “, Ibu dan saudara-saudaraku ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya” (Luk 8:21). Berangkat dari kutipan Injil ini ia merasakan dukungan yang utuh dari keluarga dan saudara-saudara dalam kongregasi bruder MTB untuk perjalan panggilannya untuk mengikuti Yesus.
Sosok Penuh Kasih
Dalam tema yang sama, Saudara Orlando pun angkat bicara. Ia mengungkapkan Ayah adalah sosok yang penuh kasih yang senantiasa bersamanya dan keluarganya dimana ada suka dan duka. Ayah selalu memberi warna tersendiri bagi keluarganya. Pengalamana yang menarik baginya ketika sang ayah selalu merangkul dan memberi nasihat padanya dikala ia mengalami setiap ketidaknyamanan dalam diri. Selain melihat pengalaman yang hadir dalam keluarganya saudara Orlando pun mencobat melihat keluar, dimana ia berpendapat tentang ketidak harmonisan dalam keluarga zaman ini. Ia berpendapat kalau problem itu karena adanya konflik seperti perceraian, KDRT, ekonomi dan lain sebagainya. Faktor ini sangat berpengaruh pada keintiman dalam kehidupan keluarga. Misalnya adanya tindakan kekerasan. Dalam keluarga tidak ada kepercaya satu sama lain sehingga kerap kali terjadi percekcokan. Satu dengan yang lain masing-masing sibuk pada dirinya sendiri. Baginya yang menjadi akar permasalahan topik dari ini karena tidak adanya rasa saling percaya. Tambahnya lagi tentang hal itu yang bertanggung jawab atas semua itu ialah ayah, ibu dan anggota keluarga itu sendri. Ayat Kitab Suci yang menginpirasinya dalam topik permenungan kali ini ialah Efesus 6:1,4 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian dan kamu, bapa-bapa , janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
Keunggulan Sang Ayah
Dalam suasana keheningan yang kusuk, saudara Santo juga berbagi cerita dalam kesempatan kali ini. Dalam refleksinya ia menemukan keunggulan yang istimewa dari seorang ayah ia menemukan sosok ayahnya yang pekerja keras, ulet, mau berbagi dan sederhana. Sembari mengungkapkan kekaguman yang kiranya tak bisa dikatakan lagi iapun mencoba mengekspresikannya dengan sebuah lagu singkat. Terlalu Indah dilupakan, terlalu sedih untuk dikenangakan setulus isi pesanmu kepadaku kau kan menunggu. Bertapa hatiku bersedih mengenang kasih dan sayangmu selagi kau masih hidup. Dan sekarang kini kau telah tiada dan tak kelihatan lagi. Sebuah pengalaman yang membuat keluarganya banggapun membuatnya selalu teringat hingga sekarang. Pengalaman itu ialah ketika aku masih bekerja memenuhi segala kebutuhan keluarga. Selain pengalaman bangga, iapun mengalami rasa sakit ketika sang ayah selalu menyuruhnya bekerja meninggalkan rumah. Apalagi saat itu ibunya sedang sakit. Lebih miris lagi ketika ayahnya sendiri mangajak pergi meninggalkan ibu yang sedang sakit di rumah. Dari hal yang penuh perjuangan itulah membuat rahmat panggilan untuk hidup selibat bertumbuh hingga saat ini. Saudara Santo juga mencoba berpendapat tentang hubungan keluarga di zaman ini yang selalu mangalami keretakan. Baginya, semua itu disebabkan oleh kurang kemesraan antar suami istri, kurang perhatian dan pengertian satu dengan yang lain, egois. Ia berpendapat yang bertanggung jawab atas semua itu ialah semua anggota keluarga. Alasan yang membuatnya berpendapat demikian karena dari tiga hal tadi memang penting untuk di hidupi oleh keluarga supaya cinta dan dan kaasig sayang dalam keluarga tetap terpeliharan dan keluarga mmerasa enjoy. Bagi Santo selama menyelami tema pokok dari rekoleksi kali ini ia menemukan ayat Kitab Suci yang mengispirasinya“Petrus berkata kami ini telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikuti engkau. Kata Yesus kepada mereka aku berkata berkata kepadamu susungguhnya setiap orang yang karena kerajaan Allah meninggalkan rumah, isterinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya akan menerima kembali lipatganda pada masa ini juga dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (Luk 18:28-30).
Menemukan Sosok Ibu Yang Sabar
Saudara Damian, dalam permenungannya ia juga menemukan buah-buah refleksi yang sangat mendalam. Ia menemukan kekhasan dari sosok ibu yang selama ini menyanginya. Ia menemukan sosok ibu yang sabar, baik dan penuh kasih sayang. Pengalaman sukacita yang paling mengesankan bagi ialah kebersamaan dalam keluarga yang selalu membuatnya merasa kuat dan diteguhkan dalam menjalani panggilan mengikuti Kristus. Walaupun dalam mengikuti perjalan panggilannya memgalami berbagai macam rintangan yang harus ia hadapi di masa sekarang maupun yang akan datang. Ketika ia mengalami pristiwa-pristiwa yang membuatnya down dan tidak merasa berarti lagi dalam hidup ini. Ia selalu mengingat kebersamaan dalam keluarganya terutama disaat bersama ibunya. Itulah pengalaman yang membuatnya selalu semangat walaupun harus menghadapi berbagai macam pencobaan dalam setiap hidup. Saudara Damian berpendapat mengapa keluarga-keluarga banyak mengalami keretakan dalam keluarga, baginya ada beberapa faktor yang mempengaruhi keretakan tersebut: kurangnya kebutuhan ekonomi dalam keluarga, terjadi hubungan cinta segita atau perselingkuhan, masing-masing menyibukan pekerjaannya dan kurangnya perhatian terhadap anak-anak.Dalam permenungannya saudara Damian menemukan ayat kitab suci yang baginya menjawab refleksinya dalam rekoleksi ini “Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan jangan berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak taatilah orangtua mu dalam segala hal, karena itulah yang indah dalam Tuhan. Hai bapa-bapa janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya (Kol. 3:18-21).
Kenangan Album Kehidupan
Menyelami tema yang sama sebuah ungkapan yang amat puitispun turut bergema dari saudara Egidius dalam proses permenungannya melihat pengalaman dalam keluarga. Ketika ia membuka kembali album yang telah lama tersimpan. Ia mengatakan aku melihat sosok ayahku yang selalu menghadirkan sikap perhatian, kerja keras, cinta kasih dan kelemahlembutan. Ungkapan rasa itu ia tuangkan dalam puisi singkat: Ayah… cinta, semangat dan perhatian bak terang yang tak pernah redup bagiku…Cintamu yang selalu merangkul ibu, aku dan saudara saudariku…. Kini membuka rasaku untuk mengingat kembali masa itu…..Ayah, Ibu dan saudara saudariku kalian sungguh berarti bagiku…… Doa, dukungan dan kerinduan yang mungkin kita rasakan saat ini….mengiring perjalananku untuk mengikuti Yesus….
Saudara Egidius menambahkan pengalaman-pengalaman yang selalu membuatnya teringat dengan keluarga ialah kala di mana ia bersama mereka bercanda, bergurau, konflik, adu argumen demi kepentingan satu sama lain. Semua itu terkadang membuka memorinya untuk ingin kembali ke keluarga. Tapi ia sadar dengan keberadaannya saat ini dan ia bersyukur berkat pengalaman itu menjadi jalan serta terang baginya untuk memberi diri kepada Yesus. Dalam refleksinya saudara Egidius juga berpendapat tentang situasi keluarga di secara umum di zaman ini, Menurutnya yang membuat ketidakharmonisan keluarga di zaman ini ialah kurangnya perhatian dari ayah, ibu dan anak-anak terhadap kebersamaan. Lebih dari itu komunikasi yang minim dari keluarga dengan lingkungan sekitar juga mempengaruhi keretakan dalam hidup berkeluarga. Alasan yang menguatkanku atas jawabanku ini ialah fenomena perkembangan zaman.Ungkapan terakhir dalam sharingnya ia mengangkat kutipan dari pemazmur yang mengatakan “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun” (Mzm 133:1).
Keluarga dan Sekolah Hati Di Komunitas
Dalam pertemuan kedua sudara Orlando mengungkapkan tentang elasinya dengan keluarga baik-baik saja. Di komunitas ia merasa senang karena selalu bersama dan saling mendukung. Sebuah kekuatan bagi dalam menjalani semua proses itu ia angkat dari Konstitusi artikel 228 “Memanusiakan diri dengan lebih baik berarti menjadi sesama manusia yang lebih baik, mengindahkan kepentingan orang lain bersedia mendengarkan, cekatan untuk menaati seraya melayani, menerima dan memberikan bantuan, hidup bersama orang lain menurut teladan Kristus. Siapa yang mau mengikuti Aku harus menyangkal dirinya” Dalam hidup komunitas ia mengatakan berusaha selalu melayani saudara yang membutuhkan bantuan. Merangkum apa yang ia bagikan itu ia akhiri dengan doa singkatnya.Ya Allah Bapa dalam surga terima kasih atas penyelenggaraan ilahi-Mu dan atas berkat-Mu karena Engkau menghadirkan saudara-saudara yang senantiasa memberikan cinta kasih dan kerendahan hati lewat pengalaman hidup mereka yang senantiasa mendukung panggilan, dan kami saling memberikan peneguhan satu sama lain. Kuatkanlah kami selalu dalam menjalani hidup dan panggialan ini. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Dalam kesempatan yang sama saudara Egidius pun membagikan pengalamannya kepada kelompok sharing. Ia mengatakan sejauh ini relasi yang kualami selama hidup berkomunitas baik-baik saja. Meskipun dalam perjalanan ada keretakan, perselisihan pendapat dan pertengkaran. Tidak kalah pentingnya dalam situasipun rasa kegembiraan sering aku temukan dalam suasana bersama, kerja bersama dan doa bersama. Dari semua perasaan itu tidak menyurutkan perasaannya untuk melihat bahwa dia adalah bagian dari komunitas dimana ia tinggal. Kutipan konstitusi yang dia angkat dalam tema ini adalah artikel 224 “Seperti umat Kristen pertama kita mau menjadi sehati dan sejiwa…” Merasakan kehadiran Kristus didalam dirinya dan didalam komunitas sungguh ia rasakan ketika dalam hidup bersama dan setiiap pribadi mau memberi diri bagi kepentingan sesama. Dalam doanya ia mengungkapkan; Allah Bapa di surga, limpahan syukur dan terima kasih atas karunia-Mu yang menghendaki kami untuk hidup bersama sebagai saudara, sebagai komunitas dan pribadi yang saling berbela rasa. Dalam rasa syukur itu, kami dan aku sendiri merasakan Engkau yang sungguh-sungguh hadir di antara kami. Semoga rahmat ini mampu kami tumbuh kembangkan dalam perjalanan kami demi keluhuran nama-Mu. Saudara Santo dalam sharingnya, kali ini ia mengungkapkan saya si orang selalu enjoy. Dengan ungkapan yang sangat mengesankan itu menandakan betapa ia menikmati suasana dalam hidup bersama sebagai saudara. Ungkapan syukur dalam suasana rileks itu ia teguhkan dalam kutipan konstitusi yang berbunyi “dalam pekerjaan kita, kita akan lebih terbuka bagi orang lain menjadi manusia yang lebih baik. Demikianlah kita berusaha menunaikan tugas kita agar semakin hari makin hidup menurut semangat Kristus, yang menjadi segala-galanya bagi semua orang. Kitab suci: Tuhan jangan hanya kakiku saja tetapi juga tangan dan kepalaku. Melayani semampu apa yang saya miliki dalam diri dengan segenap hati” (Konst art 216). Dalam sharing singkatnya ia ungkap dalam untaian doa yang indah sebagai buah dari apa yang ia bagikan. Ya Bapa Maha baik terimah kasih segala masalah yang ada dalam kehidupan boleh kami rasakan dan boleh kami pikul sampai saat ini. Namun masalah itu menjadi kekuatan untuk melangkah dan maju terdepan. Sebagai hidup bersama yang harus dirasakan dengan penuh iman dan harapan agar hidup terasa enjoy dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.
Saudara Damian pun dalam kesempatan ini ambil bagian dalam kelompok untuk membagikan pengalaman hidupnya dalam berkomunitas. Ia mengungkapkan Hidup bersama sebagai saudara
Sejauh ini baik-baik saja tetapi terkadang ada retak sedikit dan itu tidak menjadi perbedaaan bagi saya (for me). Dalam sharing singkat ini ia teguhkan dengan kutipan dari konstitusi artikel 232: “Dengan demikian kita menjadi Gereja, kita mewujudkan diri demi kepentingan orang lain dan berkembang menuju Allah dalam ikatan persaudaraan bersama sesama kita” Pada kesempatan yang samapun saudara dami sampaikan untaian doa yang indah sebagai inti dari sharing merenung makna hidup persaudaraan. Allah Bapa yang Maha pemurah terima kasih atas rahmat persaudaraan yang Engkau berikan kepadaku melalui saudara-saudara dalam sekomunitas. Melalui mereka saya dapat belajar berbagai macam hal dan dapat memberikan semangan sehingga saya dapat menjalani hidup dan panggilan ini dengan penuh sukacita dan damai. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin. Saudara Oktavianus dalam keheningannya merenungkan tema kali ini iapun berbagi pengalaman dalam kelompok yang baginya dapat membantu permenungan. Ia mengatakan relasinya dengan saudara komunitas berjalan baik-baik saja. Saya merasa dihargai, dicintai dan diterima apa adanya. Meskipun kadang saya merasa keretakan dan kelonggaran dalam hidup persaudaraan. Dalam Konstitusi artikel 225 yang berbunyi “Kita dekat satu sama lain dalam suka dan duka, kita mau saling menolong, saling membesarkan hati dan saling menjiwai. Kita mengusahakan yang baik bagi masing-masing dan bagi semua orang. Melayani sesama dengan rendah hati sehingga kita bisa melihat diri Yesus dalam diri setiap saudara di komunitas” . Inilah yang menjadi semangat baginya dalam mengarungi perjalanan hidup berkomunitas.Dengan penuh kekhusukkan ia tuangkan dalam untaian doa yang membuatnya merasa hidup komunitas merupakan kekuatan dalam proses penggilannya. Ya Allah yang Maha kasih dan maha penyayang terima kasih aku haturkan kehadapan-Mu atas rasa persaudaraan yang boleh aku kecap di komunitas ini. Berikanlah rahmat kekuatan, kesetiaan, kesehatan dan kerendahan hati kepada kami dalam melayani para saudara dan umat-Mu dalam mewartakan kabar keselamatan-Mu. Demi Kristus dan pengantara kami, Amin. (Hasil Sharing Rekoleksi Bulan Februari 2021 Kelompok 1 : Sdr. Egidius, Orlando, Oktavianus, Santo dan Damian).
Mereka berbagi pengalaman dengan penuh totalitas.