Yogyakarta: Minggu, 7 Februari 2021 bagi gereja Katolik tercatat dalam kalender liturgi sebagai hari Minggu biasa ke V pekan pertama dalam bulan Februari 2021. Bacaan Injil hari ini sangat cocok dengan suasana kita di tengah pandemi covid 19 ini. Yakni; mengisahkan tentang bagaimana Yesus menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit (bdk.Markus 1:29-39). Yang menarik adalah Yesus menyembuhkan Ibu mertua Simon terbaring sakit demam. Gejala sakit deman ini, persis seperti gejala awal bagi kita yang dilanda bencana covid 19 saat ini. Saya tidak melanjutkan reduski Injil ini karena bukan wilayah saya. Akan tetapi dalam ruang kontemplasi saya, sempat terlintas adalah bagaimana umat yang lanjut usia di Paroki St. Paulus Pringgolayan merasa bahagia karena selalu dikunjungi oleh Yesus melalui pelayanan komuni suci (baca:Tubuh Kristus sendiri) di rumahnya masing-masing. Para petugas yang direpresentasi oleh para prodiakon, suster PRR dan Bruder MTB tetap setia dan tulus melakukan tugas yang mulia ini.Bagaimana suasana di Lingkungan Santa Angela Merici? Di Lingkungan Santa Angela Merici, Kapel Novisat Bruder MTB sebagai tempat untuk melayani ibadat komuni suci lansia yang dipimpin langsung oleh salah satu bruder atau prodiakon secara bergantian. Umat yang sepuh dengan jumlah 2 atau 3 orang akan dilayani dikediamanya oleh prodiakon lingkungan. Sedangkan bapak ibu lansia lainya, tetap dengan setia berkumpul di Kapel Novisiat mengikuti standar protokol kesehatan (prokes) yang benar. Mereka berjumlah kurang lebih 10-15 orang.Dalam waktu yang berbeda sempat mendengar sharing dari salah satu seorang putri yang sering menghantar ibunya mengatakan bahwa “sangat bersyukur dan berterima kasih karena di tengah pandemi ini orang tua saya masih bisa menerima tubuh Kristus.” “Tempat lain belum tentu bisa, hanya menerima komuni bathin secara virtual dan tentu suasana bathinnya berbeda”. Sambung temannya yang juga setia menuggu orang tuanya di tempat yang sama.
Para Lansia Angkat Bicara
Selama beberapa bulan (baca: Oktober 2020-Januari 2021), pemimpin ibadat pelayanan komuni suci susunan liturginya secara lengkap dan singkat. Para umat lansia secara spontan mengungkapkan pengalamanya lewat para protocol dan satgas covid 19 lingkungan Angela mengungkapkan bahwa mohon renungan agak singkat karena lansia tidak tahan duduk lama. Saya sendiri senang masukan ini. Pengalaman ini sebagai pembelajaran saya sebagai petugas liturgi soal menyesuaikan situasi saat ini. Sebaliknya ada juga mengharapkan agar renungan lama karena sudah lama tidak ke gereja. Pengalaman ini kita terima dengan baik.Karena kita percaya hal ini merupakan suasana hati yang bagi saya termasuk golongan muda menjadi masukan yang berarti. Agar saya semakin terampil untuk memimpin ibadat atau membawa renungan secara kontekstual dan melihat situasional umat yang dilayani.
Variasi Dalam Pelayanan
Pada minggu kedua Januari 2021, Bapak Unar (baca: mantan Kaling 2018-2021), memberi masukan yang sangat baik kepada saya . “Bruder, kita mencoba dulu untuk misa dengan menggunakan dari Youtube saja, biar para petugasnya hanya focus memberi komuni”. Gagasan ini sangat mencerahkan dan menyegarkan bagi saya. Maka selama tiga kali berturut-turut kami melayani komuni para lansia mengikuti liturgi ekaristi dari paroki St.Mikael Magelang, Katedral Semarang dan Katedral Bandung. Karena menyesuaikan waktu yang pas dan cocok dengan situasi di kapel novisiat. Menariknya bahwa ekaristi ini tetap menggunakan beberapa nyanyian liturgi dengan mantap.Bagi saya, secara spontan merefleksikan bahwa dengan variasi pelayanan komuni bagi lansia saat ini, sangat membantu suasana bathin mereka dalam berdoa. Para umat lansia yang hadir dalam perayaan ekaristi via virtual, mengobati kerinduan mereka misa tatap muka. Meskipun di dunia maya, yang secara fakta misa tatap layar. Namun ikatan emosi mereka ikut tenggelam dalam kebiasaan liturgi yang ada dalam layar virtual tersebut.
Merindukan Komuni Gereja Paroki
Suatu malam saya menerima pesan dari Pak Deny (baca Kaling St,Angela) via WhatsApp. “Bro.. esok download misa di Pringgolayan ya”. Tanpa pikir panjang, bersama satu novis siap melakukannya. Namun dalam diskusi ringan saya sempat berpikir bagaimana ya kita dapat rekaman misa sore Sabtu dengan sapaan “selamat sore”. Apakah nyambung dengan menampilkanya pada pukul 10 siang? Saya sempat mengalami pergumulan sesaat. Akan tetapi saya menyampaikan kepada petugas (baca: Novis) agar sebelum dibuka rekaman dari Komsos Pringgolayan agar disampaikan bahwa kita menayangkan misa kemarin sore di gereja kita tercinta.Setelah usai melaynai ibadat komuni petugas (baca: novis) menyatakan bawa para umat lansia senang sekali. “Bruder mohon minggu depan dan seterusnya pakai yang Pringgolayan saja”. Kata salah satu ibu yang tidak mau menyebut identitasnya. Bagi saya, ungkapan yang tulus ini merupakan kerinduan yang mendalam terhadap suasana ekaristi di paroki. Barangkali yang dihadirkan dalam layar tadi, terobati akan kehausan dan kerinduanya, yang sudah satu tahun tidak diperkenankan ke gereja paroki karena alasan standar prokes covid 19.Perjumpaan dan pengalaman hari ini sangat terenyuh bagiku. Saya sempat merenung dalam hati, betapa rindunya hati mereka dengan suasana perayaan ekaristi di geraja St.Paulus Pringgolayan. Bukan hanya rindu tempat, dekorasi altar, para petugas liturgi dan lain sebagainya, melainkan juga rindu berjumpa dengan Romo paroki yang memimpin misa dengan khidmat sebagai biasannya ekaristi dengan tatap muka. Semoga pandemi ini lekas berakhir. Mana kala kita juga masih setia mengikuti standar mengikuti prokes covid 19 danmenanti vaksin di tengah suasanaketidakpastian. Akankah vaksin ini secepat untuk memutus penularan virus ini? Mari kita tetap taat pada prokes covid 19 dengan 3M yaitu: menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker. **Penulis: Br.Flavi MTB