Surat Kasih dari Orang Tua
Pada suatu saat keragu-raguan itu muncul menjalani panggilan. Sang ayah berkata, “Semua yang kamu pilih adalah komitmenmu, semua yang kamu tentukan adalah pilihanmu. Tidak ada yang menentukan, tak ada yang memaksa, itu adalah kehendakmu sendiri. Masa kami telah berlalu, kami tidak bisa memulai kembali masa lampau menentukan kamu harus seperti ini, seperti itu. Tidak! Ingat pilihanmu adalah kehendak bebasmu. Sekali memilih, kamu harus ingat, itulah membuatmu terus berjuang hingga akhir. Yang menjalani pilihan itu adalah kamu diri sendiri bukan saya dan mama” Kata sang Ayah. “Jalani saja apa adanya, jangan lupa untuk berdoa, bersikap jujur, berjuang, dan bersikap pasrah kepada kehendak Allah. Kamu pasti telah melihat perjuangan kami, tak hentinya dilanda berbagai persoalan, bahkan hinaan telah menimpah kehidupan kita, tuduhan, dll. Semua itu telah kita lalui.” Ungkap sang ibu.
Wejangan bapa ibu yang amat mendalam ini, membuatku tak habis pikir. Mengapa mereka begitu tulus, menyerahkan aku dalam menentukan pilihanku? Bapa dan ibu tidak lancar dalam menggunakan bahasa Indonesia. Namun, ketulusan mereka memberikan pesan mengingatkanku, untuk hidup seperti perjuangan mereka. Saya teringat ketika sang ibu, mengatakan bahwa “Jangan lupa untuk berdoa dan teruslah berjuang.”
Teruslah Berjuang
Setiap orang yang berjuang, memperoleh hasil. Tak hanya hasil, barangkali puncak kebahagiaan itu adalah hasilnya. Santo Frasiskus mengatakan “Setiap orang yang mengenal Kristus dan mencintai-Nya dan oleh karena-Nya mendapat kebahagiaan” [bdk. Riwayat Hidup St. Fransiskus Assisi, 1991:22]. Sedangkan menurut St. Thomas Aquino mengatakan “Kebahagiaan terdalam hidup manusia adalah menyatukan hidupnya bersama Kristus.”
Hidup yang terus berjuang itu, sungguh mendapatkan kasih yang terdalam dalam hidupnya. Perjuangan bukan saja menerima mendapat penghasilan yang berlimpah, tetapi kebahagiaan sejati bersama Kristus yang tersalib, menderita demi menyelamatkan umat manusia. Orang bijak mengatakan no gain without pain, tiada kebahagiaan tanpa derita, tiada keberhasilan tanpa perjuangan. Setiap orang yang menderita karena perjuangan hidup demi kesejahteraan akan beroleh kebahagiaan. Setiap perjuangan yang tiada henti beroleh kelimpahan. Tetapi rasanya itu belum cukup. Satu hal yang perlu diingat berjuang tanpa doa, terasa tak ada kepuasan. Dan setiap orang yang mendapat kebahagiaan, berjuanglah untuk kebahagiaan sejati itu, bukan kebahagiaan semu. “Kebahagiaan sejati lahir dari kedalaman hati karena dipenuhi sukacita sejati oleh Kristus sendiri” [Fransuskus Assisi].
Saat ini telah kulewat beberapa tahap pemmbinaan mulai dari postulan hingga masa yunior tahun ke depan, tepatnya sudah delapan tahun aku telah membaharui kaul perdana. Kukenang semua momori kasih, suka dan duka selama delapan tahun. Mungkin waktu yang sangat singkat bagi bagi orang yang sudah lewa usia di atasku. Bagiku, bukan karena waktu yang singkat itu, tetapi ukuran setiap peristiwa dan pengalaman membuatku yang mewarnai seluruh dinamika pengalamanku.
Setiap motivasi yang murni melahirkan kebahagiaan sejati. Motivasi berkaitan dengan harapan yang timbul dari ke dalaman hati nurani menuju kebahagiaan sejati. Tanpa ada motivasi, kebahagiaan terasa semu. Perjuangan menjadi nilai utama, bukan ukuran keberhasilannya. Perjuangan yang mendapatkan hasil tentu saja mengucapkan syukur.
Berjuang dengan membawa surat kasih
Pengalaman baik masa lalu menjadi perjuangan indah untuk masa yang akan datang. Nilai-nilai terbaik masa lalu [termasuk hadiah dari orang tua] merupakan dasar kasih yang akan menjadi nilai perjuangan terus-menerus. Sebagai bekal perjuangan untuk mewujudkan nilai-nilai kasih. Kasih yang telah diwariskan dalam diri kedua orang tua menjadi pegangan dan mengingatkanku untuk tetap menjadi nilai-nilai yang berharga.
Kasih yang tiada henti itu terus mengalir dalam ikatan kebersamaan di komunitas karya, dan dalam relasi sosial dengan sesama. Nilai kasih yang melekat dalam diri sendiri bisa menaburkan kebaikan bagi sesama. Maka kekuatan komitmen dari dalam dapat menentukan sikap dan cara kita dalam membangun nilai-nilai kebersamaan.