Wed. Oct 9th, 2024

[Yohanes 1:38]

Marilah dan kamu akan melihatnya

Setiap orang yang mau ‘mencari’ pasti mengenal dengan baik apa yang perlu di cari itu. Kalau tidak tahu apa yang di cari, pasti tidak akan dicari. Benar bukan? Refleksi tentang kehilangan dalam proses healing pada salah sesi konfrensi KPPK 2021 di Roncalli menjadi semakin jelas, karena kehilanganlah membuat kita mencari kembali. Mengapa perlu dicari lagi kalau sudah hilang? Kehilangan orang yang dicintai, barang berharga, martabat, jabatan, membuat kita cemas, khwatir dan pada akhirnya kita menjadi beban bahkan masalah berat. Ketika semua hilang, seolah-olah kehilangan segalanya juga. Kita lupa bahwa kasih Allah itu melampaui ‘rasa kehilangan’ yang kita rasakan.

Belajar dari Injil Yohenes, semakin jelas untuk menggali secara lebih mendalam tentang siapa yang kucari? Ketika Yohanes dan dua muridnya melihat Yesus, Yohanes berkata “Lihatlah Anak Domba Allah!” [Yoh 1:36]. Apakah kedua murid itu mengenal Anak Domba Allah? Setelah Yohanes mengatakan itu, kemudian kedua murid itu mengikuti Yesus. Yesus tahu siapakah yang mengikuti-Nya dari belakang, kemudian Dia berbalik dan melihat mereka, lalu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya, “Rabi [artinya: Guru], di manakah Engkau tinggal?” Katanya kepada mereka, “Marilah dan kamu akan melihatnya” [Yoh 1:38]

Mengenal Yesus tidak cukup dari jauh saja, perlu masuk ke dalam, agar mengenal dan mengikuti-Nya. Mengikuti Dia berarti siap diutus. Kisah yang sungguh menarik ini mengingatkan kisah perjalanan hidup kita masing-masing. Pengenalan menjadi sikap dasar bagi kita, tentang siapakah yang akan kita cari? Apakah aku mengenal-Nya sejak dalam kandung ibu atau setelah aku dibaptis? Apakah setelah aku dibaptis, aku lebih mengenal Yesus secara personal? Kesaksian Yohanes sangat jelas tentang mengenal Dia itu “Aku telah melihat Roh Kudus turun dari langit, seperti merpati dan Ia tinggal di atas-Nya” [Yoh 1:32].

Dia yang Memanggilmu

Panggilan menjadi kisah yang pertama untuk diungkapkan, selalu disyukuri bahwa perjalanan panggilan itu bukan karena kemauan sendiri, bukan karena pilihan yang ugal-ugalan, melainkan Dia yang sungguh mencintaiku. Dia yang pertama memilih dan memanggilku.

“Apa yang kamu cari?” Suatu pertanyaan terus-menerus mencari sebuah jawaban. Bagiku jawabannya tidak semata-mata diselesaikan dengan logika saja, tetapi masuk ke dalam ruang refleksi iman. Mengapa demikian? Iman menjadi refleksi perjalanan hidup sehari-hari bersama Yesus.

 Dengan iman, kita membuka diri terhadap misteri panggilan itu bersama Kristus. Allah yang sungguh menyertai perjalanan panggilan masing-masing pribadi. Maka, iman adalah refleksi pengalaman hidup sehari-hari dan rencana Allah yang selalu menyertai perjalanan hidup manusia. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dapat kita lihat. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” [Ibrani 11:1-3].

Dengan iman kita bisa mengerti, apa sebenarnya yang akan kita cari? Yesus yang memanggil, Dia pula yang menentukan masa depan hidup yang kita jalani. Maka, kita menerima rahmat panggilan dan mencari-Nya dalam pengalaman hidup sehari-hari. Kita yakin dan percaya bahwa Dia yang memanggil, Dia pula yang menentukan hidup kita. Maka yang pertama-tama yang di cari adalah “Rabi [artinya: Guru]”. Dalam Dia segala sesuatu menjadi indah. Kasih yang diberikan-Nya melampaui segala usaha manusia. Mukjizat itu nyata. Janganlah takut sebab aku bersertamu. Kembalikanlah ke jalan-Ku bila kamu merasa khwatir dan gelisah. Serahkanlah semuanya kepada-Ku, sebab kamu tahu bahwa “Akulah yang memilih dan memanggilmu.”

Tinggallah di dalam Aku, maka kamu akan beroleh buah yang berlimpah. Dalam Dia hidup menjadi bahagia. Santo Thomas Aquino mengatakan kebahagiaan sejati adalah mengalami kesatuan bersama Dia yang memberikan kebahagiaan itu. Maka kebahagiaan itu menjadi kebahagiaan yang sempurna, bukan kebahagiaan semu. CARILAH DIA DAN TEMUKAN DIA DALAM DALAM HIDUP SEHARI-HARI. Dalam setiap karya dan usaha kita, Dia selalu ada. Apakah hati kita terbuka akan pengalaman bersama-Nya? Tidaklah mudah! Masuklah ke tempat yang dalam untuk berjumpa dengan Dia. Dia lebih dahulu mencintai kita, menyertai kita dalam setiap pergulatan hidup ini.