Kehadiran Peserta
Kehadiran para peserta sangat bervariatif, ada yang satu hari sebelum kegiatan di mulai, ada pula yang tiba pagi hari, siang dan sore pada Minggu 10 Januari 2021. Jumlah peserta yang mengikuti KPPKK [Kursus Persiapan Pra Kaul Kekal] dua puluh enam [26] orang. Yang terdiri dari aneka macam tarekat religius, di antaranya: MTB 3 orang, CSA 1 orang, FIC 1 orang, BHK 1 orang, CMM 2 orang, CP 6 orang, MISC 1 orang, KSFL I orang, SMFA 1 orang, OSA 3 orang, HK 2 orang, SND 2 orang, SMG 2 orang. Dari dua puluh orang, 8 orang diantara adalah frater dan bruder, sementara 18 orang lainnya adalah para suster.
Tepat pada pukul 18.00 WIB, acara KPPKK dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang di pimpin oleh Rm. Aloysius Rinata Hadiwardaya, MSF. Dalam homilinya beliau mengingatkan kembali tentang tujuan kehadiran para peserta dalam mengikuti kegiatan KPPKK di Roncalli bukan semata-mata atas kemaun diri sendiri, tetapi karena Tuhan yang memberikan kesempatan untuk berefleksi secara mendalam melalui masa persiapan selama 50 hari. Waktu 50 hari, bukan sekedar waktu yang singkat, tetapi waktu yang istimewa untuk bertemu dengan Tuhan. Lebih lanjut beliau menegaskan kembali apa yang dulu ditulis oleh Rm. Tom Jacob, SJ dalam majalah yang diterbitkan pada tahun [1979] yang mengatakan bahwa “Kaul kekal merupakan baptisan kedua”. Mengapa disebut sebagai baptisan kedua? Nampaknya ada satu hal yang mengingatkan pada panggilan kita, yakni “dipanggil untuk selama-lamanya. Jadi, bersifat kekal.” Dalam uraian lanjutnya.
Usai Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan makan malam bersama-yang diawali dengan sambutan dari Br. Anton Karyadi, FIC [pemimpin rumah retret Khwalat Roncalli]. Dalam kata sambutannya, beliau mengingatkan para peserta untuk tetap menjaga kesehatan, mengindahkan protokol kesehatan [PROKES] selama menjalankan KPPKK di Roncalli. Selain itu, para peserta juga diajak untuk menggunakan waktu pribadi selama empat belas [14] hari di luar waktu bersama. Singkatnya semua kegiatan tetap melaksanakan 3 M [menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan], mengingat mulai tanggal 11-25 Januari daratan Jawa-Bali PSBB.
Setelah sambutan, dilanjutkan doa makan yang di pimpin oleh Br. Anton Karyadi, FIC. Sambil menikmati makanan, Br. Anton sapaannya mengajak para peserta dan para sfat untuk memperkenalkan diri pertarekat, sambil mengikuti prokes. Setelah makan para peserta mencuci piring, kemudian para peserta diharapkan untuk menggunakan waktu pribadi di kamar yang di atur sendiri-sendiri.
Konfrensi I
Konfrensi pertama ini [Senin 11/02/21] lebih dikenalkan pengantar umum menyangkut hal-hal teknis kegiatan selama 50 hari di Roncalli ini. Namun, ada hal yang mengesankan bagi saya, pada pertemuan bagian awal ini, mengenai tujuan kegiatan KPPKK, sikap dasar, proses, sharing, dan perjumpaan.
Tujuan kegiatan
Yang menarik bahwa tujuan kegiatan KPPKK bukan sekedar hura-hura, tetapi diperlukan persiapan yang mendalam, karena keputusan kaul kekal mengikat untuk selama-lamanya. Karena itu mengikat maka membutuhkan relasi mendalam dengan Allah, tetapi juga keputusan manusiawi. Keduanya saling terikat. Tidak bisa tidak. Allah yang memanggil, kuasa Ilahi menjadikan hidup kita mengalami kesatuan dengan-Nya, tetapi juga keputusan manusiawi kita menuntut perjuangan [pengorbanan]. Untuk itu, diperlukan refleksi secara mendalam tentang hidup kita sebagai manusia, sebagai orang Kristiani dan sebagai religius.
Kedalaman akan hal ini, bukan semata-mata untuk pengetahuan belaka, melainkan mencari, mengenal, menemukan Tuhan lewat refleksi, bacaan-bacaan, diri sendiri dan sesama, agar dapat memutuskan pilihan dengan penuh tanggungjawab sebagai religius yang gembira. Gembira bukan yang semu, tetapi mengalami kesatuan dengan Kristus sendiri. Sebab pilihan itu ditentukan oleh diri sendiri, dengan sikap bebas. Life is your choise and choise is your love, hidup itu pilihan, maka pilihan itu harus dicintai. Bukan dilepaskan atau dibiarkan. Dengan sikap mencintai, kita telah menunjukkan sikap terhadap pilihan itu. Sikap yang penuh konsisten dan tanggung jawab.
Untuk itu diperlukan pendampingan. Selama proses kegiatan KPPKK di Roncalli akan di dampingi oleh para staf secara intensif lewat pelajaran, refleksi dan pendampingan pribadi. Dingatkan bahwa para staf sebagai teman seperjalanan untuk membantu, bukan untuk menentukan keputusan. Yang memberikan keputusan adalah diri sendiri. Ungkap Br. Anton dalam memberikan pengantar pada konfrensi I [Senin, 11 Januari 2021, pukul 08.00-10.00] dalam salah satu sesi pembahasan.
Sikap Dasar
Dalam proses kegiatan KPPKK selama 50 hari diperlukan kepercayaan/iman. Proses ada dalam pendampingan Tuhan. Roh Kudus yang membimbing kita [Yoh 16:13]. Untuk dapat memahami kehadiran Roh Kudus itu, perlu ada keterbukaan terhadap Tuhan, lewat sabda-sabda-Nya, sesama dan pendamping. Terbuka terhadap Tuhan berarti jujur dengan diri sendiri, sesama dan pendamping. Dikatakan bahwa kejujuran memudahkan Tuhan menggerakkan, menuntun dan membimbing kita. Tuhan dengan cara-Nya sendiri menghadirkan diri-Nya lewat cara-cara yang sangat luar biasa.
Proses
Mengenal diri sendiri melewati berbagai proses yang dilalui, antara lain: bacaan, refleksi, dll. Hal ini membantu kita untuk menolong agar semakin mengenal diri sendiri, Tuhan yang sungguh memanggil diriku dan Anda. “Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Akulah yang memilih kamu” [Yoh 15:16]. Yang pertama-tama menanggil saya dan Anda adalah Tuhan. Tuhan yang memilih. Maka diperlukan waktu yang hening, tenang untuk semakin mengenal-Nya-Dia yang memanggil kita.
Untuk semakin mendalam mengenal-Nya diperlukan waktu doa, Perayaan Ekaristi, ibadat harian/doa-doa lain, sharing dan perjumpaan-perjumpaan yang mendukung panggilan kita.
Makna perjumpaan KPPKK
Selama menjadi bagian dari keluarga besar KPPKK di Rumah Khwalat Roncalli, perjumpaan kita perlu menunjukkan sikap saling memperkaya antar tarekat, baik dari segi budaya, spiritualitas, kharisma, kepribadiaan, dll. Dengan demikian kita juga diharapkan terbuka dengan cara pandang mengenai kekayaan hidup bersama, tapi beda. Terbuka terhadap pengalaman hidup rohani, pengalaman kerasulan, doa, dan hidup berkomunitas,dll. Seogyanya, semakin dikenal, semakin mencintai orang lain, tarekat dan hidup kita sendiri.
Tidak ada yang lebih dibanggakan hidup di dunia ini, selain dari Dia yang mengutusku hadir mengenal, menjumpai-Nya dalam masa permenungan selama 50 hari. “Inilah aku, utuslah aku, ke mana pun Engkau mau”