Selama pandemi covid 19, saya sempat cemas karena biasanya tiap hari selalu keluar rumah entah ke kampus, gym, ke kost teman atau ke supermarket dan lain sebagainya. Kali ini saya betul-betul isolasi diri dalam rumah. Untuk melawan kejenuhan, beragam macam kegiatan menjadi kesempatan yang baik untuk saya lakukan. Pertama, saya mulai konsentrasi menuliskan tesis yang sebelumnya sempat macet, bahkan enggan untuk membuka pokok-pokok persoalan mana yang membuat tulisan tidak melangkah lebih jauh. Justru ditengah kejenuhan karena vicod 19. hampir tiap hari saya menulis apa saja yang ada dalam pikiran, sembari diringi musik intrumen agar tidak jenuh. Untuk mendukung dalam tulisan ini, saya tetap menyediakan cemilan, air putih atau kadang-kadang lemon teh ala kadarnya. Ternyata.. dengan situasi Covid 19 ini, semacam berkah bagi saya, karena selama sebulan ini progress tesis saya sudah jauh lebih maju ketimbang sebelum pandemi covid 19. Saya sungguh menyadari, rupa-rupanya fenomena virus yang mencekam ini mengajar hati dan pikiran saya untuk fokus dan konsetrasi dalam menyelesaikan tesis.
Kedua, sebagai bagian dari masyarakat di RT 22/RW 35 Jeruk legi, Bangun tapan Bantul Yogyakarta, saya sangat beruntung tiap hari selalu melihat posting dipelbagai group whatsApp. Salah satunya whatshApp Keluarga RT 22 Jeruk Legi, tempat saya tinggal saat ini. Saya beberapa teman mencari donator masker untuk 80 KK untuk dibagikan untuk warga RT kami. Dalam tempo tiga hari masker itu kami dapat dan dibagikan ke keluarga sebayak 350 buah masker. Selama ini saya seringkali masa bodoh dengan kegiatan RT, namun dengan adanya bencana Covid 19 menyadari saya untuk belajar tentang kepedulian yang nyata. Selain itu ada rasa ketakutan bila tetangga ada gejala positiv covid19, berarti saya juga ikut jadi korban penyakit tersebut. Bathinku saat itu. Akhirnya selama sebulan ini saya merasa hidup saya sangat bermakna dan kegelisahan terhadap pandemi covid 19 menjadi sebuah perjumpaan dengan sesama yang sama-sama berjuang untuk bertahan hidup dan menyadari ternyata budaya kepekaan sosial menjadi ujian terberat bagi setiap orang saat ini. Hiburan yang saya lakukan ini mungkin kedengaran klasik dan mungkin gaya konvensional namun sangat positif karena memberi daya dan ruang bathin saya untuk berefleksi arti kehidupan di dunia ini. Kajian teori ilmu sosial dan humaniora dalam bangku kuliah, baru berguna dan bermanfaat, justru saat mengalami bencana senjata biologis ini. Semoga kedua pengalaman tersebut, menjadi kenangan bagi saya dan menjadi peluang bagi saya untuk selalu berbuat baik sebagai mahluk sosial di masyarakat serta mengikis keegoisan saya dalam hidup bersama di masyarakat tingkat bawah (RT). Peristiwa ini, sangat saya nikmati sembari merenung apa artinya “berbagi rasa’ dalam hidup dengan sesama disaat virus corona melanda di masyarakat kita di Indonesia? …