Wed. Oct 9th, 2024

 

Cinta pertama dalam keluarga

Keluarga menjadi tempat pertama bagi seseorang mengalami kasih dan cinta. Banyangkan sejak dalam kadungan ibu, kita sudah mengalami cinta dan kasih itu. Seorang ibu mengenal dengan baik tentang perkembangan putra dan putrinya. Maka, cinta yang terbesar hadir dalam keluarga.

Kita lahir dalam keluarga yang mendapatkan kebaikan dan cinta, penuh perhatian dan kasih sayang yang utama dan pertama. Tak kunjung putus, orang tua kita selalu menempatkan anak-anak yang pertama dan utama dalam segala bentuk perhatian secara total. Dengan demikian, keluarga menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi proses perkembangan anak-anaknya. Meskilah orang tua yang memiliki peran utama dalam bimbingan perkembangan anak-anaknya. Tidak bisa tidak. Wajib! Oleh karena itu, patut dibanggakan atas perjuangan dan cinta orang tua. Karena mereka tidak memberikan cinta yang sempit. Cinta mereka harus memberikan perhatian bagi banyak orang [lingkungan masyarakat, Gereja dan bangsa]. Namun, yang sangat luar biasa bahwa mereka [orang tua] tetap menempatkan cinta pertama dalam keluarga.

Belajar dari Teladan Keluarga Kudus Nazareth

Kita pasti mengenal tentang perjuangan dan pergulatan ibu Maria dan St. Yosef dalam perjalanan hidup mereka. Injil Lukas menegaskan tentang peran Maria dan Yosef ketika Yesus pergi ke Bait Allah selama tiga hari lamanya, ketika itu Yesus berusia 12 tahun” [Luk 2:41-52]. Kisah ini menunjukkan peran Maria dan Yosef sebagai keluarga yang saleh, taat, dan penuh tanggungjawab terhadap purta-Nya.

Keluarga yang saleh. Keluarga yang saleh bukanlah perkara yang mudah, seperti yang kita rasakan baik-baik saja. Jalan kesalehan sungguh menjadi cita-cita yang diperjuangkan terus-menerus. Hidup yang saleh melewati sebuah rintangan [persoalan] yang dihadapi dengan bijaksana, bukan dengan jalan yang mudah dilalui. Satu hal yang perlu kita ingat bahwa kita percaya pada penyelenggaraan-Nya, bukan berjalan sendiri atau mengandalkan kekuatan sendiri. Penyerahan kepada-Nya menjadi pegangan utama dalam menyelesaikan semua dinamika persoalan hidup mereka. Karena itu, Maria dan Yosef percaya bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik atas apa yang mereka hadapi dalam keluarga.

Dalam konteks hidup keluarga zaman ini, perlu dibangun satu komunikasi yang terbuka, intens dan penuh kesadaran terus-menerus untuk saling memberikan diri dengan kasih. Dengan demikian, keluarga tetap menjadi ruang mendapatkan kasih yang pertama. Dalam keterbatasan dan kekurangannya, setiap keluarga [orang tua] umat beriman selalu berjuang mewujudkan kasih. Kasih selalu mendapatkan tempat yang indah dalam keluarga.

Keluarga yang bertanggungjawab. Sebagai orang tua, peranan Maria dan Bapa Yosef sungguh terasa amat mendalam. Ketika Yesus pergi ke Bait Allah, kedua orang tua pergi mecari-Nya dan sampai menemukan kembali. Sikap perngorbanan Maria dan Yusuf sebagai orang tua amatlah mendalam dan total. Orang tua tidak mau meninggalkan anaknya. Jangankan tiga hari, sehari suntuk saja, ketika anak tidak ada di rumah, pasti orang tua khwatir, dan mencari. Apalagi yang dirasakan Maria dan Yusuf.

Selalu dalam kebersamaan. Keluarga Kudus dari Nazareth memperlihatkan kepada kita bahwa nilai kebersamaan dalam keluarga tak bisa diabaikan. Karena itu, kebersamaan merupakan unsur hakiki dalam memikatkan cinta. Cinta itu selalu tumbuh dalam keluarga. Keluarga selalu menjadi tempat pembelajaran hidup bersama, sekaligus tindakan kasih yang konkret. Hendaklah dalam kebersamaan itu, orang tua, anak-anak perlu memancarkan wajah kasih, saling mengampuni [memaafkan] dan nilai-nilai iman Kristiani tetap mempertegaskan pertumbuhan secara perkembangan yang  mendalam bersama Kristus.

Tanpa ikatan kasih, kedamaian, cinta kasih dalam hidup bersama belum tampak dalam keluarga. Karena itu, penting bagi keluarga katolik selalu mengindahkan kasih. Kasihlah yang mengikatkan kita dalam kebersamaan, selalu mempererat relasi dan ikatan batin dalam keluarga. Karena wujud kasih Kristus sungguh dihayati dalam hidup sehari-hari.

 

Cinta dalam keluarga menghangatkan jiwa dan raga. Jiwa dan raga selalu dibentuk dan ikat dalam kasih-Nya. Dari pada-Nya segala harapan dan cinta, kasih dan iman mempekuat dan mempertegas ikatan kasih bagi sesama.

 

Pesta Keluarga Kudus, 28 Desember 2020

Yogyakarta, Novisiat ALverna MTB

 

Leave a Reply