Semua dengan kata “Aku menjadi orang baik”
Pernah saya ditanya, pada sebuah ivent, demikian “Aku sudah melakukan banyak hal yang baik, berbagi tanpa memandang perbedaan. Bahkan apa yang saya miliki, kuberikan kepada orang lain. Namun, tak ada satu hal yang membuatku ‘puas’ yang ada bahkan kekecewaan, karena banyak memberi dari milikiku sendiri.” Pertan-yaan: Apa lagi yang harus kubuat?
Pertanyaan mau mengungkapkan situasi yang konkret dari pemberiaan yang kurang mendatangkan kepua-san. Mengapa? Memberi bukan karena dorongan dari dalam diri sendiri, tetapi ingin mencari nilai popularitas diri. Bukan itu yang diajarkan Kristus. “Kita dapat bela-jar dari SIKAP seorang Janda miskin di dalam Injil [Mrk 12:41-44]. Kita belajar untuk memberi dari HATI yang digerakkan oleh Roh Allah sendiri.
St. Paulus mengatakan “Lebih berbahagia memberi daripada menerima” [Kis 20:35]. Ungkapan ini mau menunjukkan bahwa sikap memberi merupakan ungkapan terdalam dari kasih Kristus yang menjadi inspirasi hadal bagi kita. Kristus sebagai guru kita [Kristosentris]. Guru yang menjadi teladan dalam kehidupannya. Sikap teladan-Nya ditunjukkan melalui karya pelayanan-Nya, dan lebih dari pada itu, Ia harus menderita [sengsara], wafat di kayu salib hingga bangkit pada hari yang ketiga. Bukankah itu menjadi telandan yang mendalam bagi perjalanan hidup kita? Menjadi orang baik tidak memperhitungkan tentang dirinya sendiri, tetapi ‘melampaui sekat diri sendiri’ dan menjadi penyelamat bagi orang lain. Oleh karenanya, nilai apa yang perlu kita bangunkan sekarang untuk menjadi orang baik:
Nilai [value]
- Rendah hati
- Tanggungjawab
- Bijaksana
- Kewibawaan
- Spirit
- Iman
- Dll
Menjadi bagian dari kepribadiaan yang setia
Jangan pernah menyerah untuk menjadi orang baik
Dalam setiap pribadi, ada kemampuan untuk berjuang menjadi orang baik. Orang baik cerminannya adalah kesetiaan. Kesetiaan itu tidak hanya menuntut sikap loyalitas kita, tetapi juga pengorbanan dan tanggungjawab, bahkan lebih dari pada itu [diantaranya: bijaksana, tekun, humble, iman, sosial, dll].
Kasih mendekatkan perjumpaan. Perjumpaaan itu membuahkan hasil yang baik dalam menjalin relasi. Karena itu orang baik adalah orang yang menaburkan benih kasih dan menuai dengan cinta kasih. Tanamkan dalam diri kita sikap untuk saling memberi kasih dan kebaikan, sehingga pada akhirnya kita dapat menerima kebaikan. Saya ambil contoh konkret saja, seorang guru, ia selalu mendidik siswa-siswi untuk menjadi orang sukses, dan tanggungjawab dalam menjalani kehidupannya. Dalam segala kekurangannya, guru tetap memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya. Guru menaburkan kebaikan, dan mengharapkan kebiakan itu selalu dalam kesuksesan. Itulah wajah baru, menaburkan dan menuai dengan cinta kasih. Seperti hubungan oragn tua dengan anak. Orang tua selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya. Mereka ber-juang dalam suka dan duka agar anaknya menjadi orang yang sukses dan beguna bagi dirinya sendiri orang lain.
HARGAILAH ORANGTUAMU! SEBAB TANPA MEREKA KITA TIDAK MENJADI ORANG BAIK.